Arab Saudi, Wahhabisme dan Penyebaran Teofasisme Sunni Resume Jurnal

Resume Journal
Saudi Arabia, Wahhabism and the Spread of Sunni Theofascism



Wahhabisme merupakan ajaran dari Muhammad ibn abd al-Wahhab yang merupakan seorang yang fanatik terhadap agama abad ke-18 dari pedalaman Arab. Wahhabisme menganjurkan penyatuan kekuasaan negara dan agama melalui pembangunan kembali khalifahan, yang membedakan Wahhabisme dengan gerakan-gerakan Islam Sunni lainnya adalah obsesi historis untuk membersihkan para Sufi, Syiah, dan Muslim lainnya yang tidak sesuai dengan penafsirannya yang memutar balikkan kitab suci.

Pada 1733, Ibn Abd al-Wahhab menjalin hubungan dengan kerajaan Al-Saud yang berupaya mengalahkan pesaingnya, imbalannya adalah Al-Saud mendukung kampanye Wahhabi. Pada 1801 prajurit Saudi-Wahhabi menuju ke Irak dan menewaskan lebih dari 4000 orang. Pada 1920an Wahhabi menaklukan Makkah dan Madinah, menghancurkan tempat penyembahan berhala dan menghancurkan 4 dari 12 makam imam Syiah. Pada 1932 berdirinya kerajan Arab Saudi, ulama Wahhabi diberi kontrol atas lembaga agama, pendidikan negara, dan diizinkan untuk menegakkan interpretasi kaku mereka terhadap hukum syariah Islam. Wahhabisme sebagian besar terbatas pada semenanjung Arab sampai 1960-an, ketika monarki Saudi memberi perlindungan kepada anggota radikal Ikhwanul Muslimin yang melarikan diri dari penganiayaan di Mesir Nasser. Pemupukan silang terjadi antara kredo Wahhabi atavistik yang terisolasi dari organisasi keagamaan Arab Saudi dan ajaran jihad Salafi dari Sayyid Qutb, yang mengecam penguasa Arab sekuler sebagai orang yang tidak beriman dan sasaran sah perang suci atau jihad. Itu adalah sintesis dari konservatisme sosial dan budaya Twain-Wahhabi, dan radikalisme politik Qutbis yang menghasilkan variasi militan Islam politik Wahhabis yang akhirnya menghasilkan al-Qaeda. Pada 1970an ulama Wahhabi melakukan penyebaran ideologi mereka ke universitas-universitas dan masjid-masjid di Arab Saudi. Pada 1988 orang Arab Afghan menyebar ke dunia dan melawan orang kafir atas nama Islam dan ditemani oleh para pengkhotbah Wahhabi militant. Al-Qaeda awalnya bermarkas di Sudan, pada 1996 kembali ke Afghanistan, banyak pasukan Afghanistan baru yang direkrut di madrasah Wahhabi dan dilatih di Pakistan yang bertujuan membentuk model negara Wahhabi di Afghanistan. Sejak 2003 serangan teroris dan bentrok antara polisi Arab Saudi dan gerilyawan Islam meletus. Monarki Arab Saudi mempertahankan komitmen untuk menyebarkan Wahhabsime di Arab Saudi dan di dunia. Lebih dari sepertiga kurikulum sekolah di Arab Saudi khusus untuk membahas ajaran Wahhabi yang menyebarkan ideologi kebencian. Pada 2004, 26 ulama yang memegang jabatan di universitas yang didanai oleh Arab Saudi menyerukan ajakan untuk berjihad melawan pasukan Amerika di Irak.

Selain mengindoktrinasi warganya sendiri dengan keyakinan ekstremis ini, pemerintah Arab Saudi dengan boros membiayai penyebaran Wahhabisme di seluruh dunia. Masyarakat Arab Saudi menjadi pelopor terfasisme Islam di dunia. Kekurangan gerejawi membuat lembaga keagamaan tradisional lemah dalam menghadapi Wahhabi. Di negara miskin, para imam dan pemimpin lokal sulit untuk tidak menerima bantuan Wahhabi. Karena Wahhabi didanai oleh Arab Saudi yang kaya akan minyaknya, banyak negara-negara miskin yang mengandalkan bantuan ekonomi dari Arab Saudi atau mengirimkan pekerjanya ke Arab Saudi. Ketiadaan tekad administrasi yang luas dalam menghadapi ancaman theofasisme ini dapat membahayakan keamanan dunia.

Islamisme Radikal cocok untuk sebutan Wahhabisme. Aliran ini menolak kebebasan individu, memberi penghinaan dan pengurangan hak dan status perempuan, dan mendorong kekerasan pada orang kafir. Wahhabisme merupakan gerakan yang tidak sejalan dengan ajaran Islam yang merupakan agama perdamaian yang memiliki rasa toleransi terhadap kehidupan bermasyarakat. Ajaran yang salah dan menyimpang dari agama seharusnya dimusnahkan untuk ketenangan dalam bermasyarakat.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama