Pengaruh Film dan Musik Religi Dalam Media Pendalaman Islam Pada Perkembangan Remaja Islamic Modern
Nur Faizah. 1708016011.Fakultas Sains dan Teknologi.Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Abstrak
Dalam perkembangan zaman ini, perlu adanya tindakan pendalaman agama. Islamisasi yang terjadi paska orde baru membawa implikasi pada implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut mendorong berkembangnya produk-produk ‘Islami’ untuk memenuhi kebutuhan implementasi nilai-nilai tersebut. Untuk mengatasi masuknya aliran-aliran yang dapat merusak pola pemikiran remaja. Salah satu alternatifnya dapat melalui media film dan musik-musik religi. Dengan kemajuan teknologi di zaman sekarang pemanfaatan media tersebut dapat diefektifkan. Karya yang dihasilkan menjadi media dakwah dalam menyebarkan pesan-pesan agama kepada masyarakat dengan mengemas kisah yang ringan, menghibur, cenderung mengangkat kisah yang dekat dengan keseharian masyarakat tanpa melupakan nilai motivasi yang terkandung dalam kaidah-kaidah Islam. Film merupakan manifestasi perkembangan kehidupan budaya masyarakat pada masanya. Konstruksi sebuah film misalnya, merupakan salah satu esensi menelevisikan kebudayaan tertentu, pada gilirannya merepresentasikan nilai-nilai budaya melalui demonstrasi skenario oleh sutradara-sineas. Film-film religi Islam menampilkan wajah Islam yang merupakan kompromi atas ideologi Islamisme dan modernisasi. selain itu juga ada musik yang bermuatan-muatan Islam, sebagai variabel tetap pada musik Islam di manapun, senantiasa bersifat universal. Azan yang merupakan salah satu dari jenis-jenis musik relijus Islamis penting dalam rangkaian peribadatan Islam, pertama kali dikumandangkan oleh Bilâl, seorang penyanyi Abisinia, yang kemudian menjadi acuan para pengumandang azan (Muazin) di seluruh dunia Islam. Dari film-film dan musik religi yang ada tersebut mampu membantu dalam penyi’aran agama dalam upaya memperdalam keimanan remaja.
Keywords : Islam, Film dan Musik Kaum Muda
PENDAHULUAN
Agama merupakan ruang keyakinan yang menghubungkan individu dengan Tuhan. Dengan kemajuan teknologi menjadikan kita kerap menyaksikan media-media seperti film, televisi, lagu, novel atau radio dengan substansi pesan yang mengandung unsur-unsur agama.
Kebangkitan Islam di masa pasca orde baru mendorong berlangsungnya proses Islamisasi yang berimplikasi pada implementas nilai-nilai Islam pada kehidupan sehari-hari. Proses tersebut mendorong pada berlakunya paham Islamisme, yaitu paham yang menjadikan Islam sebagai sebuah ideologi yang akan diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan (Fealy dan Bubalo, 2005). Berkaitan dengan hal tersebut, kelompok-kelompok Islam radikal dan fundamentalis mewacanakan Islam yang melawan ideologi dari barat, seperti kapitalisme, modernisme dan feminisme yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam. Kelompok-kelompok tersebut melakukan gerakan yang membawa paham Islamism dengan melakukan tindakan-tindakan anarkis.
Film-film religi Islam tidak pernah melewatkan untuk menampilkan gaya berbusana yang dianggap menampilkan citra Islam, yaitu apa yang disebut dengan busana muslim. Untuk perempuan, busana muslim(ah) identik dengan penggunaan jilbab, yang diikuti dengan pakaian yang menutup seluruh tubuh. Bahwa perempuan diharuskan untuk berpakaian yang menutup aurat merupakan perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an. Untuk laki-laki, busana yang dikenakan adalah baju koko dengan celana longgar ditambah dengan peci atau surban. Busana ini kemudian identik dengan citra yang ditampilkan yaitu sebagai laki-laki yang alim.
PEMBAHASAN
Dari beberapa reverensi jurnal-jurnal yang telah saya baca bahwa dalam penyiaran agama yang baik dalam perkembangan zaman ini, dengan adanya kemudahan dalam mendapatkan sesuatu dengan bantuan tekhnologi yang berkembang maka dapat digunakan alternatif penyiaran agama dalam memperdalam keimanan remaja dengan bentuk film dan musik-musik religi yang dikemas dengan menarik dan disertakan pula ajaran-ajaran islam.
Kini telah memasuki masa modern, ulama dan pemerintah sekalipun tidak dapat merubah kekuatan tersebut. Modernisasi menjadi sebuah perjalanan waktu dan ruang yang mesti terjadi. Konsekuensi logis dari perubahan tersebut pola pikir, sikap, mental dan perilaku umat. Hendaknya dirubah mengikuti perkembangan zaman yang ada, termasuk menjalankan ajaran agama. Untuk itu, ulama dan pemerintah sekalipun tidak bisa merubah kekuatan tersebut. Modernisasi menurut Anthony Giddens merupakan sebuah keharusan yang tidak bisa ditolak kehadirannya. Modernisasi menjadi bagian dari perjalanan waktu dan ruang yang mesti terjadi. Konsekuensi logis dari perubahan tersebut, pola pikir, sikap, mental, dan perilaku umat, hendaknya dirubah mengikuti perkembangan zaman yang ada. Perubahan dari masyarakat khususnya kaum remaja yang fenomena tersebut maka harus diimbangi dengan adanya suatu tindakan yang selaras dan juga dapat memperdalam keimanan sesuai ajaran agama(Indrawan, Andre. 2012).
Film merupakan manifest kebudayaan manusia di era modern. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2014 tentang Lembaga Sensor Film Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat ke satu (hal. 1), film memiliki pengertian “Karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan”. Kehadiran film sebagai bagian dari kehidupan manusia dimulai sejak pertengahan kedua abad 19. Sasaran konsumen film merupakan usia remaja awal yang notabene merupakan generasi muda (usia 13 tahun keatas), memiliki kekeringan dalam nilai moral akhlak mulia, kesopanan dan unsur pendidikan, budaya dan budi pekerti. Data tersebut menunjukkan bahwa film yang lebih banyak diminati para penonton justru yang menyajikan kisah yang didominasi cerita cinta kasih sepasang muda mudi(Nida Shofiyah, A.Dkk. 2017).
Film-film yang mengisahkan percintaan remaja atau komedi yang bisa diterima masyarakat umum film yang bernuansakan Islam mampu menjadi tontonan dengan rating tinggi. Hal tersebut bisa menjadi suatu modal besar dalam mengtransformasikan nilai keislaman. Selain itu, Azan yang merupakan salah satu dari jenis-jenis musik relijus Islamis penting dalam rangkaian peribadatan Islam, pertama kali dikumandangkan oleh Bilâl, seorang penyanyi Abisinia, yang kemudian menjadi acuan para pengumandang azan (Muazin) di seluruh dunia Islam dapat pula menjadi media meningkatkan ketaqwaan . Topik musik adalah hal yang kurang mendapat perhatian dari para ulama Islam dibandingkan dengan masalah-masalah perekonomian, perkawinan dan warisan, sehingga manfaat-manfaat yang sesungguhnya terdapat pada musik bagi kehidupan manusia. Untuk itu dapat dikembangkan pula musik dengan genre religi yang berisikan pesan-pesan ajaran agama. Sehingga mampu menyeimbangkan dengan era modern, yang mana pada era modern ini semua cenderung kemedia( Arifuddin, Andi F P. 2017).
Dakwah merupakan kewajiban dan tanggung jawab umat Islam dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam sebagaimana termuat dalam al-Quran dan Hadits yang bertujuan untuk mewujudkan amar makruf wa nahi mungkar. Dalam dakwah terdapat ide tentang progresivitas, yakni sebuah proses terus menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan tujuan dakwah sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang. Dari pernyataan tersebut maka kita juga dapat mengambil mengambil peran dalam penyairan agama lewat media film-film dan musik-musik religi.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan film religi Islam pasca orde baru merupakan arena untuk membangun identitas Islam dan mempromosikan praktik dan nilai-nilai Islam. Pembentukan citra Islam dalam film-film religi Islam merupakan jalan tengan untuk mengakomodasi Islamisme dan Modernisme yang terjadi di Indonesia pasca orde baru. Musik merupakan jalan relatif lain dalam penyairan agama yang mana mampu meningkatkan keiman remaja dengan lewat media yang telah dipermudah oleh tekhnologi modern.
DAFTAR PUSTAKA
Alia, M. N. (2015). Remaja Perkotaan dan Film. Edutech, 1(1), 16-34.
Arifuddin, Andi F P. 2017. Film Sebagai Media Dakwah Islam. Jurnal Aqlam-Journal Of Islam And Plurality .Volume 2, Nomor 2.
Barker, Chris. 2009. Cultural Studies: Teori dan Praktik, Bantul: Kreasi Wacana.
Muria, Endah S.Dkk.Islam Dalam Sinema Indonesia: Antara Dakwah Dan Komersialisasi (Konvensi Generik Dalam Film Religi Indonesia Pasca Orde Baru).Diakses 30 juli 2019.
Indrawan, Andre. 2012.Musik Di Dunia Islam Sebuah Penelusuran Historikal Musikologis. Tsaqafa , Jurnal Kajian Seni Budaya Islam Vol. 1, No. 1.
Nida Shofiyah, A.Dkk. 2017.Content Analysis Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Film Iqro`: Petualangan Meraih Bintang Karya Iqbal Alfajri. Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 15 No. 2
Pangiuk, A. (2010). Perempuan dalam Film Religius: Ayat-ayat Cinta dan Perempuan Berkalung Sorban. Kontekstualita, 25(1), 81-112. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Lembaga Sensor Film.
Ramayulis. (2015). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Stokes, Jane. 2003. How To Do Media and Cultural Studies: Panduan Untuk Melaksanakan Penelitian Kajian Media dan Budaya, Yogyakarta: Bentang
Posting Komentar