Pengaruh Limbah Pemotongan Ayam Terhadap Kualitas Air Sungai dan Persawahan di Kawasan Pasar Gunungpati Kota Semarang

PROPOSAL MINIRISET

PENGARUH LIMBAH PEMOTONGAN AYAM TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DAN PERSAWAHAN DISEKITAR PASAR GUNUNGPATI SEMARANG



Oleh:

Akhdan Najla Malik Al Ab’da 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

 Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk pada suatu kota, maka menuntut untuk diadakannya penambahan/perbaikan fungsi fasilitas ekonomi dan perdagangan pada kota tersebut. Pasar yang merupakan salah satu fasilitas ekonomi dan perdagangan pada suatu kota, memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Pasar Gunungpati adalah salah satu pasar kecamatan yang terletak di Jalan Gunungpati, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang yang merupakan kawasan perdagangan dan industri kecil. Intensitas tata guna lahan yang terus meningkat karena fungsi perdagangan mengakibatkan penurunan citra dan kualitas lingkungan dari Pasar Gunungpati ini. (Gihartono, Gihartono, 2009)

Sebelah selatan pasar Gunungpati terdapat sungai yang mengalir yang semakin memburuk kualitas airnya dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pembuangan sampah yang langsung mengarah ke sungai, sebagai tempat aliran pemandian umum dan sebagai pembuangan dari limbah pemotongan ayam, bahkan tidak hanya satu saja namun terdapat tiga usaha rumah potong ayam di daerah tersebut.

Usaha rumah pemotongan ayam (RPA) di Indonesia telah menjadi sebuah kegiatan industri kecil yang perkembangannya memberikan kontribusi nyata dalam sektor ekonomi dari sektor hilir sampai ke sektor hilir. Hal ini dikarenakan produk unggas yang termasuk ayam, yakni daging ayam dan telur harganya relatif murah dan mudah di dapatkan sehingga dapat di jangkau oleh masyarakat luas (Singgih dan Kariana, 2008). Dengan meningkatnya jumlah konsumsi daging ayam akan berdampak pada meningkatnya air limbah yang dihasilkan industri Rumah Pemotongan Ayam (RPA) (Al Kholif, 2015)

Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai macam bahan pencemar. Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai (Ali dkk., 2013).

Pencemaran tersebut tentu saja sangat merugikan penduduk disekitar sungai karena seperti yang telah kita ketahui bahwa sungai yang tercemar memiliki banyak sekali dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan disekitarnya, karena air limbah pemotongan ayam dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba karena mengandung protein, karbohidrat, lemak dan garam sehingga mudah sekali mengalami pembusukan sehingga dapat menyababkan penyakit diantaranya yaitu diare, gatal gatal bahkan disentri, apalagi bau busuk saat musim kemarau tiba karena air sungai hanya sedikit mengalir dan pembuangan limbah terus berjalan sehingga menimbulkan penumpukan hasil limbah pemotongan ayam.Selain menyebabkan penyakit limbah ini tentu juga mempengaruhi hasil panen padi yang terletak dibagian hilir sungai.

  1. Perumusan Masalah
  2. Apa yang dimaksud dengan pencemaran sungai dan lahan pertanian?
  3. Apa saja kandungan darah ayam yang mengakibatkan pencemaran?
  4. Bagaimana pengaruh pencemaran limbah potong ayam terhadap lingkungan penduduk, organisme air di sekitar sungai dan lahan pertanian di hilir sungai?
  5. Bagaimana cara mengatasi pencemaran yang diakibatkan oleh limbah pemotongan ayam?
  1. Tujuan Penelitian
  2.  Mengetahui apa itu pencemaran air sungai dan lahan pertanian.
  3. Mengetahui kandungan limbah darah yang dapat menumbulkan penyakit.
  4. Mengetahui pengaruh pencemaran limbah potong ayam terhadap lingkungan penduduk, organisme air di sekitar sungai dan lahan pertanian di hilir sungai.
  5. Mengetahui cara mengatasi pencemaran yang diakibatkan oleh limbah pemotongan ayam

1.4 Manfaat Penelitian

Menambah ilmu pengetahuan dan kesadaran mayarakat tentang pentingnya menjaga perairan sungai, menyadarkan masyarakat bahwa pencemaran air mempengaruhi kesehatan, dan memberikan solusi untuk mengatasi pencemaran air sungai akibat limbah potong ayam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satusumber air yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya adalah sungai. Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri maupun domestik (Ali dkk., 2013).

Pencemaran air yaitu masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Kristanto (2002) pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.

Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam terutama berupa kotoran ayam dan bau yang kurang sedap serta air buangan. Air buangan berasal dari cucian tempat pakan dan minum ayam serta keperluan domestik lainnya. Kotoran ayam terdiri dari sisa pakan dan serat selulosa yang tidak tercerna. Kotoran ayam mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan senyawa organik lainnya. Protein pada kotoran ayam merupakan sumber nitrogen selain ada pula bentuk nitrogen inorganik lainnya (Rachmawati, 2000).

Pengertian, Karakteristik, Dampak, dan Kandungan Air Limbah Pemotongan Ayam Rumah Pemotongan Ayam (RPA) adalah industri yang mengolah ayam hidup menjadi karkas siap olah untuk di konsumsi. RPA dapat dibedakan menjadi RPA skala kecil maupun RPA skala besar. RPA dapat menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan. Limbah pemotongan hewan (RPH) yang berupa feses, urin, isi rumen atau isi lambung, darah, daging atau lemak dan air cuciannya dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan (Suharto, 2010). Karakteristik air limbah RPA dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu (Kusnoputranto, 1985):

  1. Karakteristik Fisik Salah satunya adalah kekeruhan. Kekeruhan dapat terjadi karena adanya proses penguraian zat organik yang di lakukan oleh mikroorganisme.
    1.  Karakteristik Kimia Kandungan kimia yang terdapat pada limbah dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu yang mengandung campuran zat kimia anorganik dan zat kimia organik.
    1.  Karakteristik Biologis Karakteristik biologi dipengaruhi oleh mikroorganisme yang terdapat pada air limbah. Mikroorganisme yang terdapat pada limbah antara lain yaitu, alga, fungi, baktri, protozoa dan mikroorganisme pathogen.

Untuk mengurangi pencemaran lingkungan di badan air akibat dari limbah RPA, teknologi SBR dapat digunakan untuk mengurai zat pencemar tersebut. SBR merupakan pengolahan air limbah berdasarkan sistem activated sludge dan dioperasikan dalam sebuah siklus fill-and-draw (Vives, 2005). SBR mempunyai lima tahapan proses yang dilakukan secara beruturan yaitu, pengisian, reaksi, pengendapan, pembuangan dan stabilisasi dan setelah tahap terakhir proses, di mulai dari awal lagi sehingga menjadi sebuah siklus dan terjadi pada satu tangki yang sama (Lita, 2011). Pada penelitian sebelumnya, pengolahan air limbah rumah sakit menggunakan SBR dengan variasi pembebanan air limbah berdasarkan nilai COD yaitu 50%, 80%, dan 100% serta variasi waktu aerasi 6 jam dan 8 jam dapat menghasilkan rentang hasil efisiensi penyisihan zat organik (COD) sebesar 36%-81%, efisiensi penyisihan ammonia-nitrogen sebesar 45%-97% dan efisiensi fosfat sebesar 55%-95% (Erillia, 2017). Salah satu media yang dapat digunakan dalam teknologi SBR adalah teknologi dengan menggunakan biomassa granular aerobic (Casto-Barros, 2013). Granular Aerobic Sludge (GAS) dapat didefinsikan sebagai agregat yang berasal dari mikroorganisme yang tidak berkoagulasi, dan secara signifikan mengendap lebih cepat bila dibandingkan dengan flok lumpur aktif (Ni, 2013). Keunggulan teknologi ini memiliki kemampuan pengendapan biomassa yang besar, karena densitas yang besar sehingga dapat memperkecil kebutuhan lahan untuk pengendapan (Beun, 2000). Reaktor SBR dan Sequencing Batch Airlift Reactor (SBAR) sering menjadi pilihan utama karena proses kontak dan pemisahan terjadi di dalam satu reaktor yang relative sederhana (Liu, 2006).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Design Penelitian

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.metode penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah metode yang digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada satu waktu tertentu.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Biologi UIN Walisongo Semarang. Lokasi pengambilan contoh dilakukan di Sungai dekat pasar gunungpati dan hilir sungai yang digunakan sebagai lahan pertanian Kec. Gunungpati Kota Semarang dengan lima titik. Pengukuran jarak untuk titiktitik pengambilan contoh berpusat pada pipa pembuangan limbah potong ayam. Titik yang pertama (T1) di titik rumah potong ayam pertama, titik kedua (T2) di titik rumah potong ayam kedua, (T3) di titik rumah potong ayam ketiga. Untuk titik yang keempat (T4) hilir pembuangan limbah yang berada di area persawahan.(T5) adalah titik hulu suangai.

3.3 Populasi Sampel

Sampel yang digunakan adalah sampel dari air sungai yang masih bersih/daerah hulu sungai, sampel kedua adalah sampel air di titik pembuangan limbah  rumah potong ayam pertama, kedua dan ketiga, kemudian sampel yang terakhir yaitu sampel air dari hilir sungai yang terletak di daerah persawaham.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel,

Menggunakan teknik Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan  metode Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.

3.5 Varibel Penelitian,

Variabel bebas : Limbah hasil pemotongan ayam

Variabel terikat : Kualitas air dan persawahan

Variabel kontrol : Tingkat pencemaran

3.6  Metode Pengumpulan Data

Menggunakan metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar.

3.7 Metode Analisis Data.

Menggunakan metode analisis kualitatif, karena menggunakan wawancara dan observasi partisipatoris sebagai intrumen pengumpulan datanya. Hal ini menjadikan data kualitatif biasanya berupa teks atau narasi tekstual, tak terkecuali riset kualitatif yang mengaplikasikan analis wacana sebagai metode penelitiannya. Analisis wacana dan riset kualitatif lainnya menggunakan teks sebagai unit analisis.

3.8 Alur kerja Penelitian

Penentuan pH > Penentuan Nitrit > Penentuan Nitrat > Penentuan Amoniak > Penentuan TDS > Penentuan TSS > Penentuan DO > Penentuan BOD > Penentuan COD.

DAFTAR PUSTAKA

Gihartono, 2009. Pasar Gunungpati di Semarang. Semarang : Universitas Dipenegoro

Singgih and Kariana. 2008. Peningkatan Produktivitas dan Kinerja Lingkungan Dengan Pendekatan Green Productivity Pada Rumah Pemotongan Ayam XX. Purifikasi: Jurnal Manajemen Lingkungan DOI: 10.12962/j25983806.v9.i2.149

Al Kholif. 2015. Pengaruh Penggunaan Media Dalam Menurunkan Kandungan Amonia Pada Limbah Cair Rumah Potong Ayam (RPA) Dengan Sistem Biofilter Anaerob. Jurnal Teknik Waktu.

Ali, A., Soemarno & M. Purnomo. 2013. Kajian air dan status mutu air sungai metro di kecamatan sukun kota malang. Jurnal Bumi Lestari. 13(2), 265-274.

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Rachmawati, S. 2000. Upaya pengelolaan lingkungan usaha peternakan ayam. Wartazoa. 9(2), 73-80.

Kusnoputranto, Haryoto.1985. Kesehatan Lingkungan. FKM UI. Jakarta.

Vives. 2005. SBR Technology for Wastewater Treatment: Suitable Operational Conditions for a Nutrient Removal. Ph.D Thesis, Universitat de Girona.

Lita Darmayanti. 2011. Kinetika Penyisihan Nitrogen dalam Air Buangan Rumah Potong Hewan pada Sequencing Batch Reactor Aerob. Jurnal Teknobiologi.

Erillia Afifah Haque. 2017. Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit dengan Sistem Lumpur Aktif Model SBR Skala Laboratorium. Thesis Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.

Casto-Barros. C. M., Revised by Volcke, E. I. P. 2013. Guidline for granular sludge reactor design, SANITAS Sustainable and Integrated Urban Water System Management. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan.

Ni, B. J. 2013. Formation, characterization, and Mathematical Modelling of The Aerobic Granular Sludge. Springer Theses (Berlin) DOI: http://dx.doi.org/10.1007/978-3-642- 31281-6.

Beun. 2000. Aerobic granulation. Water Science & Techonology.

Liu, Y. 2006. Biosorption Properties of Aerobic Granules. Chapter in Waste Management Series 6:Biogranulation Technologies for Wastewater Treatment DOI: https://doi.org/10.1016/S0713-2743(06)80113-3.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama