Pengertian dan hubungan Antiseptik dan Inflamasi, Beserta Contohnya

Pengertian dan hubungan Antiseptik dan Inflamasi, Beserta Contohnya

 


Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Penggunaan antiseptik didalam upaya untuk inaktivasi atau melenyapkan mikroba merupakan langkah yang penting untuk pencegahan terjadinya infeksi.Penyakit infeksi (infectious disease) adalah penyakit yang terjadi akibat mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur.

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik (Mycek, 2001). Respon inflamasi ditandai oleh kondisi berupa rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan) dan gangguan fungsi (Corwin, 2008). Inflamasi dapat bersifat lokal dan sistemik, dapat juga terjadi secara akut atau kronis yang menimbulkan kelainan patologis. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) adalah kelompok obat yang digunakan untuk meredakan nyeri, serta mengurangi peradangan yang ditandai dengan kulit kemerahan, terasa hangat, dan bengkak. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk menurunkan demam. NSAIDs sering dikonsumsi untuk mengatasi sakit kepala, nyeri menstuasi, flu, radang sendi, cedera sendi, atau keseleo. NSAIDs bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX 1 dan 2) untuk menghentikan stimulasi hormon prostalglandin, karena hormon tersebut yang memicu peradangan dan menguatkan impuls listrik yang terkirim dari saraf ke otak sehingga meningkatkan rasa nyeri. Dengan menggunakan obat ini, peradangan, nyeri, atau demam yang sedang terjadi dapat berkurang. (Alodokder.com)

 

1. Contoh penelitian antiseptik :

· Penelitian : Pemanfaatan Infusa Lidah Buaya (Aloe vera L) sebagai Antiseptik Pembersih Tangan terhadap Jumlah Koloni Kuman.Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman fungsional yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Penelitian menunjukkan lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, serta tanin yang bersifat antiseptik.Infusa lidah buaya (Aloe vera L.) pada konsentrasi 150%, 250%, dan 350% dapat mengurangi jumlah koloni kuman pada telapak tangan responden. Perlu dilakukan penelitian potensi lidah buaya (Aloe vera L.) sebagai antiseptik pembersih tangan dengan teknik ekstraksi dengan penggunaan konsentrasi yang lebih kecil dibandingkan dengan teknik infusa.

· Penelitian : Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura L) Sebagai Antimikroba Alami terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis Subklinis pada Sapi Perah. pada setiap konsentrasi ekstrak metanol daun kersen berbagai konsentrasi, dekok daun kersen dan iodips sebagai antiseptik kimia dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Rataan hasil pengukuran zona hambat daun kersen. hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambat pada perlakuan ekstrak metanol daun kersen 10% adalah 6,34 mm, perlakuan ekstrak metanol daun kersen 20% adalah 6,73 mm, perlakuan ekstrak metanol daun kersen 30% 7,42 mm, ekstrak metanol daun kersen 40% adalah 7,63%, dekok daun kersen 30% adalah 6,17 mm dan iodips dengan konsentrasi 10% adalah 6,25 mm, ekstrak daun kersen dengan konsentrasi tertinggi juga mempunyai daya hambat yang tinggi, ekstrak metanol daun kersen 40% memiliki diameter 7,63 mm lebih tinggi dibandingkan diameter ekstrak metanol daun kersen dengan konsentasi 30%, 20% 10%, dekok 20% dan iodips berturut-turut yaitu 7,42 mm, 6,73 mm, 6,34 mm, 6,17 mm dan 6,25 mm. Data diatas menunjukan bahwa P1 sampai dengan P6 mempunyai kekuatan sedang dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Semakin tinggi ekstrak daun kersen, semakin tinggi daya hambat yang dihasilkan. Sesuai dengan pendapat Noorhamdani, Yosef dan Rosalia (2013) bahwa pemberian ekstrak daun kersen menyebabkan penurunan jumlah bakteri yang tumbuh pada media MSA secara signifikan. Pertumbuhan bakteri terhambat karena ekstrak daun kersen yang mengandung senyawa aktif yaitu flavonoid sebagai antimikroba yang mampu merusak membran bakteri Staphylococcus aureus sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup.Flavonoid memberikan aktifitas antibakteri dengan jalan menghambat metabolism energi, mekanisme penghambatan metabolisme energi yang dilakukan oleh flavonoid yaitu seperti antibiotik yang menghambat respirasi oksigen dan dapat menyebabkan kematian bakteri (Noorhamdani, dkk 2014). Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat desinfektan yang bekerja mendenaturasi protein yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel berhenti (Kurniawan, dkk 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun kersen dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis pada sapi perah. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun kersen maka daya hambat yang diperoleh juga semakin tinggi.

· Penelitian : Efektivitas jeruk nipis (citrus aurantifolia swingle) sebagai zat antiseptik pada cuci tangan. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) merupakan tanaman yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman berkhasiat. Hal ini disebabkan karena komponen kimia yang terkandung dalam jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) antara lain flavonoid, alkaloid, tanin, minyak atsiri, dan saponin yang mempunyai aktivitas antimikroba. Penggunaan air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) sebagai alternatif untuk mencuci tangan serta penelitian mengenai antibakteri di dalamnya, menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) sebagai zat antiseptik pada cuci tangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas mencuci tangan menggunakan air biasa, air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle), dan alkohol 70%. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris menggunakan rancangan eksperimental sederhana (Pretest-Posttest Control Group Design). Sebanyak 5 mahasiswa Fakultas Kedoketan Universitas Sriwijaya dibagi menjadi 5 kelompok. Tiga kelompok diberikan air perasan jeruk nipis dengan variasi konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Kelompok lainnya adalah kelompok kontrol positif dengan pemberian alkohol 70% dan kontrol negatif diberikan aquadest. Analisis terhadap jumlah koloni atau angka kuman dilakukan melalui pengambilan sampel di permukaan telapak tangan subjek dengan cara di swab menggunakan kapas swab steril. Secara umum, terjadi penurunan jumlah koloni atau angka kuman pada cuci tangan menggunakan air perasan jeruk nipis. Namun, secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna kecuali pada kelompok jeruk nipis konsentrasi 75% postest menit pertama. Jeruk nipis konsentrasi 75% efektif sebagai antiseptik yang mana terdapat perbedaan jumlah koloni atau angka kuman pretest dengan postest menit pertama.Kesimpulannya yaitu Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara kelompok air perasan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) konsentrasi 50%, 75%, dan 100% dengan kelompok kontrol positif (alkohol 70%).Tidak didapatkan perbedaan jumlah koloni atau angka kuman pretest-postest menit ke-1 dan ke-5 antara kelompok jeruk nipis konsentrasi 50%, 75 % dan 100% dengan kelompok kontrol positif (alkohol 70%). Akan tetapi, jeruk nipis konsentrasi 75% efektif sebagai antiseptik karena terdapat perbedaan jumlah koloni atau angka kuman pretest dengan postest menit ke-1 pada kelompok perlakuan jeruk nipis 75%.

2. Contoh penelitian antiinflamasi :

· Penelitian : UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) TERHADAP TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI KARAGENAN. Aktivitas antiinflamasi suatu bahan obat adalah kemampuan obat dalam mengurangi atau menekan derajat udem yang dihasilkan oleh induksi hewan uji. Pengujian efek antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan alat Pletismometer dan jangka sorong. Pletismometer memiliki prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa apabila benda dimasukkan ke dalam zat cair, maka akan menimbulkan gaya atau tekanan ke atas. Sedangkan penggunaan jangka sorong dengan tujuan untuk untuk mengukur diameter atau ketebalan radang pada kaki tikus. Metode pengukuran jangka sorong ini merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam uji antiinflamasi, relatif sederhana, baik dari instrumen yang dibutuhkan, proses perlakuan, pengamatan, pengukuran sampai dengan pengolahan data.Ekstrak etanol daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi terhadap tikus putih yang diinduksi karagenan. Dosis ekstrak etanol daun pisang ambon (Musa paradisiaca L.) yang dapat digunakan untuk memberikan efek antiinflamasi adalah EDP 750 mg/KgBB.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol negatif memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok perlakuan lainnyadimana tidak menunjukkan efek anti-inflamasi. Sebagai kesimpulan, ekstrak etanol daun pisang memiliki aktivitas antiinflamasi yang efektif pada dosis 750 mg/KgBB.

· Penelitian : AKTIVITAS ANTIINFLAMASI BERBAGAI TANAMAN DIDUGA BERASAL DARI FLAVONOID. Obat antiinflamasi steroid dan nonsteroid memiliki banyak efek samping sehingga banyak dilakukan pengembangan antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, terutama pada tanaman. Tanaman yang terbukti secara ilmiah memiliki khasiat sebagai antiinflamasi diantaranya daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Shecff.) Boerl.), rimpang kencur (Kaempferiae galanga L.), daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk.), kelopak bunga rosela merah (Hisbiscus sabdariffa), serta bunga dan daun asam jawa (Tamarindus indica). Metode yang digunakan dalam artikel review ini adalah tinjauan pustaka dari berbagai jurnal yang diterbitkan secara online. Terdapat 5 jurnal sebagai pustaka primer, yaitu jurnal yang menampilkan hasil dari penapisan fitokimia dan persentase inhibisi radang dari tanaman tersebut dengan metode pengujian yang sama. Metode dalam proses pengujiannya, yaitu pengambilan dan pengujian metabolit sekunder dari tanaman, pengujian aktivitas antiinflamasi, dan analisis data secara statistik. Hasil menunjukkan bahwa tanaman-tanaman yang diuji memiliki aktivitas antiinflamasi. Kekuatan efek antiinflamasi yang ditunjukkan oleh persentase inhibisi udema pada tanaman tersebut berbeda-beda, tergantung pada dosisnya. Senyawa yang diduga memberikan aktivitas antiinflamasi tersebut adalah senyawa golongan flavonoid. Rimpang kencur (Kaempferiae galanga L.), daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). (Shecff.) Boerl.), daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk.), kelopak bunga rosela merah (Hisbiscus sabdariffa), dan asam jawa (Tamarindus indica) terbukti secara ilmiah memiliki aktivitas antiinflamasi yang ditunjukkan dengan adanya persentase inhibisi udema. Senyawa yang diduga memberikan efek antiinflamasi dari kelima tanaman tersebut adalah senyawa golongan flavonoid.

· Penelitian : Uji Aktivitas Anti-Inflamasi Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Karagenan. Kemangi (Ocimum americanum L.) merupakan tanaman aromatik yang mengandung sitral yang diketahui memiliki aktivitas anti-inflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas anti-inflamasi dari minyak atsiri daun kemangi pada tikus yang diinduksi dengan karagenan. Tikus jantan dibagi menjadi enam kelompok, masingmasing terdiri dari empat ekor tikus. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi larutan CMC 0,5%, kelompok II sebagai kontrol positif diberi natrium diklofenak, kelompok III diberi sitral, kelompok IV, V dan VI diberi minyak atsiri daun kemangi 40 mg/200 g BB, 80 mg/200 g BB, dan 160 mg/200 g yang diemulsikan dengan larutan CMC 0,5%. Setelah 30 menit pemberian zat uji, telapak kaki tikus diinduksi dengan 0,2 mL karagenan untuk menimbulkan udem. Volume udem diukur dengan menggunakan pletismometer setiap jam selama enam jam. Hasil penelitian menunjukkan adanya penghambatan inflamasi paling baik sebesar 44,83% pada dosis 160 mg/200 g BB. Dosis 160 mg/200 g BB menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kontrol negatif. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun kemangi memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi.Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas anti-inflamasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.) memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi ditinjau dari pengukuran volume udem yang terbentuk dan dari persentase penghambatan yang dihitung. 2. Minyak atsiri daun kemangi (Ocimum americanum L.) dosis 160 mg/200 gr BB pada jam keempat menunjukkan persentase penghambatan udem terbesar yaitu 44,84%.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama