Pengertian dan Parameter Analisis Vegetasi

ANALISIS VEGETASI

A. PENDAHULUAN

Vegetasi merupakan suatu kumpulan dari berbagai macam tumbuhan yang hidup bersama di suatu tempat. Vegetasi selalu dinamis dan selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Dengan itulah maka perlu melakukan kegiatan analisis vegetasi. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Dedy,2010).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,serta herba. Ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponenutama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhanmerupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu sepertihutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisivegetasi padasuatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yangsaling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayahtersebut sesungguhnya merupakanpencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahandrastik karena pengaruh anthropogenik.

Allah SWT berfirman didalam Al–Qur’an surah Thaha ayat 53:

 

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّىٰ

 

Artinya:“Dia Yang telah menjadi bagi kamu bumi sebagai hamparan dan Yangtelah menjadikan bagi kamu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air, maka kami tumbuhkan dengannya berjenis-jenis tumbuh-tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.

Quraish Shihab menafsirkan surat Thaha ayat 53, bahwa Allah telah menciptakan permukaan bumi ini sebagai hamparan bagi kita semua dan Allah SWTmenurunkan hujan, dengan air hujan itu dapat tumbuh bermacam-macam tumbuhankarena air merupakan sumber kehidupan. Semua tumbuhan yang ada di bumi ini berguna bagi semua makhluk hidup lainnya.

 

B. POKOK BAHASAN

1. Pengertian analisis vegetasi

2. Komponen tumbuhan penyusun vegetasi

3. Parameter analisis vegetasi

4. Teknik analisis vegetasi

C. PEMBAHASAN

1. Pengertian analisis vegetasi

Kata analisis menurut KBBI mempunyai arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya ( sebab musabab, duduk perkaranya,dsb). Sedangkan kata Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari  beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan(Swarnamo,2009).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan atau komposisi  vegetasi secara bentuk dan struktur. Unsur- unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan,stratifikasi, dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis. Diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyususn komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi ndapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi atau komunitas tumbuhan (Greig Smith, 1983).

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkandalam 3 kategori, yaitu:

a. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda

b. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal

c. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Lianah, 2015).

2. Komponen Tumbuhan Penyususn Vegetasi

Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen  penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam  pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :

1. Belukar (Shrub): Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak sub tangkai. 

2. Epifit (Epiphyte): Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya  pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya. Namanya dibentuk dari bahasa Yunani: epi- permukaan atau tutup, dan phyton tumbuhan atau pohon. Berbeda dengan parasit, epifit dapat sepenuhnya mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi kehidupannya, maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh dari hujan, embun, atau uap air. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi batang serta sisa-sisa bagian tumbuhan lain yang terurai. Meskipun tidak “mencuri” hara dari tumbuhan yang ditumpanginya, epifit dapat menjadi pesaing terhadap ketersediaan cahaya. Akar epifit kadang-kadang juga menutupi dan menembus batang pohon yang ditumpangi sehingga merusak keseimbangan fisiologi tumbuhan inangnya. Contoh epifit yang populer adalah berbagai macam anggrek, dan nanas-nanasan bromeliad

3. Paku-pakuan (Fern): Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun. 

4. Palma (Palm): Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi, tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan  biasanya terbagi dalam banyak anak daun. 

5. Pemanjat (Climber ): Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau  belukar. Tumbuhan pemanjat ini disebut juga dengan Liana. Suatu tumbuhan dikatakan liana apabila dalam pertumbuhannya memerlukan kaitan atau objek lain agar ia dapat bersaing mendapatkan cahaya matahari. Liana dapat pula dikatakan tumbuhan yang merambat, memanjat, atau menggantung. Berbeda dengan epifit yang mampu sepenuhnya tumbuh lepas dari tanah, akar liana berada di tanah atau paling tidak memerlukan tanah sebagai sumber haranya. Tumbuhan memanjat ini paling banyak ditemukan di hutan-hutan tropika. Contohnya adalah jenis-jenis rotan, anggur, serta beberapa Cucurbitaceae (suku labu-labuan). Liana biasanya bukan parasit namun ia dapat melemahkan tumbuhan lain yang menjadi penyangganya dan berkompetisi terhadap cahaya. Di hutan-hutan lebat yang dipenuhi liana, hewan-hewan arboreal (hidup di pohon) dapat dengan leluasa berpindah dari satu pohon ke pohon lain melalui liana atau dengan bergelantungan pada batang liana. Berbagai kera, seperti siamang dan owa, dikenal sebagai penjelajah pohon yang ulung melalui liana.

6. Terna (Herb): Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras. Terna adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu. Tumbuhan semacam ini dapat merupakan tumbuhan semusim, tumbuhan dwimusim, ataupun tumbuhan tahunan. Yang dapat disebut terna umumnya adalah semua tumbuhan berpembuluh (tracheophyta). Biasanya sebutan ini hanya dikenakan bagi tumbuhan yang berukuran kecil (kurang dari dua meter) dan tidak dikenakan pada tumbuhan non-kayu yang merambat (digolongkan tumbuhan merambat). Di daerah tropika banyak dijumpai terna yang tahunan, sementara di daerah beriklim sedang terna biasanya sangat bersifat musiman: bagian aerial (yang tumbuh di atas  permukaan tanah) luruh dan mati pada musim yang kurang sesuai (biasanya musim dingin) dan tumbuh kembali pada musim yang sesuai. Salvia lyrata suatu jenis terna.

7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu  batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu : 

a.Semai (Seedling ): Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1, 5 m. 

 b.Pancang (Sapling ): Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.

 c.Tiang (  Poles): Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

3. Parameter Analisis Vegetasi

Parameter Kuantitatif dalam Analisis Vegetasi menurut Odum (1998) adalah sebagai berikut: a.Kerapatan (Densitas)

 Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis tumbuhan pada tiap  petak contoh. Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975) yang umumya dinyatakan sebagai jumlah individu atau  biosmasa populasi persatuan areal atau volume, misal 200 pohon per Ha.

Kerapatan  =  Jumlah individu suatu jenis : Luas area sampel

 

Kerapatan Relatif =  Jumlah individu suatu jenis   X 100% : Total densitas seluruh jenis

 

b. Dominasi (Tutupan)

Tutupan menyangkut luas tanah yang ditempati oleh bagian tumbuhan di atas tanah seperti yang tampak dari atas. Tutupan ditasir dari sejumlah contoh dan diberi  batasan sebagai perbandingan bagian (biasanya dinyatkan sebagai persentase) tanah yang ditempati spesies yang ada. Mengingat sifat tumpang tindih dari bagian tumbuhan, persentase seluruh tutupan sering lebih dari 100% untuk menghindari kesalahan ini ada kalanya dipakai tutupan nisbi yaitu besarnya tutupan suatu spesies sebagai persentase darikeseluruhan luas semua spesies dan tanah gundul dalam suatu habitat tertentu. Dengan cara ini maka angka keseluruhannya tidak akan melebihi 100%. Dominansi dinyatakan dengan istilah kelindungan (coverage) atau luas basal atau biomassa atau volume.

1). Kelindungan adalah : proyeksi vertical dari tajuk (canopy) suatu jenis pada area yang diambil samplingnya,dinyatakan dalam persen luas secara penaksiran. Dapat dinyatakan berdasar penaksiran dengan kelas.

Dominansi = Luas cover suatu jenis : Luas area sampel

 

2). Luas basal area ini biasa digunakan untuk jenis-jenis yang berkelompok atau membentuk rumpun dengan batas yang jelas.

Dominansi Relatif  = Luas basal area suatu jenis       X 100% : Total dominansi seluruh jenis

 

3). Biomassa Tumbuhan dipotong diatas tanah dan dikeringkan dalam pengering kemudian di timbang berat keringnya. Dengan mengukur tinggi masing masing jenis kita dapat mengetahui pula hubungan tinggi dan beratnya. Cara ini baik unuk memperbandingkan pertumbuhan gulma.

4). Volume Dihitung dengan rata rata luas basal x rata rata tinggi x jumlah suatu jenis.

3. Frekuensi (kekerapan)

Kekerapan menyangkut tingkat keseragaman terdapatnya individu suatu spesies di dalam suatu daerah.Kekerapan diukur dengan mencatat ada atau tidaknya suatu spesies dalam daerah contoh atau luas yang secara idealnya tersebar secara acak di seluruh daerah yang dikaji. Karenanya kekkerapan dikatakan sebagai persentase dari seluruh daerah contoh atau luas yang dipakai yang di dalmnya terdapat spesies tertentu.

 

Frekuensi =  Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis : Jumlah semua petak yang dibuat

 

FR = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis   X 100% : Total frekuensi seluruh jenis

 

 

4. Indek Nilai Penting  (Importance Value Indeks). Merupakan jumlah nilai nisbi kedua atau ketiga parameter diatas.

 INP = KR + FR + DR

4. TEKNIK ANALISIS VEGETASI

a. Metode Garis

Merupakan metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini sangat bergantung pada kompleksitas vegetasi hutan. Apabila vegetasi semakin sederhana maka semakin pendek garis yang digunakan.

Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Dan kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutupoleh individu tumbuhan.

b. Metode Intersepsi Titik

Merupakan suatu metode analisis menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai ttik-titik tersebut. Dalam metode ini variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi dan frekuensi (Irwanto,2007).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas. Dengan demikian merupakan pengukuran relatif yang akan menghasilkan nilai indeks penting yang akan digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi ( Irwanto,2007)

c. Metode Petak

1. Metode Teknik Sampling Kuadrat

Merupakan suatu teknik survei vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe tumbuhan. Petak tunggal akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Efisiensi sampling banyak studi menujukan bahwa petak bentuk segi empat memberikan data komposisi vegetasi lebih akurat dibanding petak bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila panjang sumbu dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan lingkungan

( Kusmana, 1997)

a. Petak tunggal


Didalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili tegakan hutan.

b. Petak ganda



Didalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata.

2. Metode Jalur



Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-jalur contoh ini harus dibuat memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus dengan pantai, memotong sungai, dan menaik atau menuruni lereng.

3. Metode Garis Berpetak



Metode ini dianggap sebagai modifikasi metode  petak ganda atau metode jalur. Yakni dengan melompati satu atau lebih petak dalam jalur sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama ( Kusmana, 1997)


Daftar Pustaka

Darmojo. 1989. Buku Pokok Alam Dasar. Jakarta: Kronika

Greig Smith, P. 1983. Quantitative Plant ecology. Studies in Ecology volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Marsegu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Yogyakarta: UGM Press

Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. Bogor: IPB Press.

Lianah, 2014. Petunjuk Praktikum Ekologi Umum. Semarang: UIN Walisongo.

Odum, P.E. 1998. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakata: UGM Press.

 

 

 

 











Post a Comment

Lebih baru Lebih lama