Westernisasi dan Islamisasi Ilmu Pengetahuan Islam

Img Source : Kompasiana.com


Westernisasi ilmu pengetahuan

Salah satu hal yang penting bagi kehidupan manusia adalah ilmu pengetahuan, semua hal yang mempengaruhi zaman salah satunya karena ilmu pengetahuan yang semakin berkembang dan salah satu yang mendominasi  perkembangan ilmu pengetahuan yang paling maju adalah  peradaban dari bangsa barat. Sekalipun peradaban barat telah menghasilkan ilmu yang bermanfaat, namun tidak dapat dipungkiri peradaban tersebut juga telah menghasilkan ilmu yang telah merusak khususnya kehidupan spiritual manusia. Paham barat telah melenyapkan wahyu sebagai sumber ilmu. Akibatnya, ilmu menjadi suatu persoalan yang menjadikan ilmu agama menjadi menentang dalam kehidupan dan ini salah satu persoalan yang sedang dihadapi oleh kaum muslimin.pemikiran bangsa barat yang sangat rasional sebagai sumber ilmu dapat mengakibatkan umat muslim akan lebih berfikir condong ke rasionalisme yang mengakibatkan rasa keraguan terhadap ketentuan agama.untuk mengantisipasi hal tersebut westernisasi pengetahuan sangat diperlukan.


Dalam pandangan Syed Muhammad Naquib Al-attas, westernisasi ilmu adalah hasil dari kebingungan dan skeptisisme(keraguan). Westernisasi ilmu telah mengangkat keraguan atau ketidak pastian, serta menjadikan keraguan sebagai alat untuk memahami suatu keilmuan, menolak wahyu dan kepercayaan agama dalam ruang lingkup sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional sebagai keilmuan. Westernisasi ilmu telah mengangkat keraguan atau ketidak pastian, serta menjadikan keraguan sebagai alat untuk memahami suatu keilmuan, menolak wahyu dan kepercayaan agama dalam ruang lingkup sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional sebagai keilmuan. Syed Muhammad Naquib Al-attas menyimpulkan ilmu pengetahuan moderen yang dibangun atas pikiran dan kebudayaan barat didasari oleh 5 faktor yaitu: 

1. Akal diandalkan untuk membimbing kehidupan manusia, 

2. Bersikap dualistik terhadap realitas dan kebanaran, 

3. Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular, 

4. Membela doktrin humanisme, 

5. Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.


 

Tahap proses Islamisasi

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa Islamisasi berperan dalam membebaskan masalah-masalah umat Muslim, antara lain; Pertama, membebaskan umat Muslim dari kepercayaan terhadap magis dan mitologi, animisme, seperti cerita rakyat, dongeng, legenda yang tidak diketahui kebenarannya. Dimana perkembangannya hanya secara oral-verbal atau dari “mulut ke mulut”. Keberadaan terhadap mitologi ini, tentunya mempengaruhi pola pikir dan pola hidup manusia yang masih mempercayainya.

Kedua, Tradisi dan kebudayaan suatu bangsa yang melahirkan sikap fanatik (Ashabiyyah) dan keturunan
(Nasabiyyah) bangsanya sendiri. Baik itu yang mengejewantah dalam bentuk aliran, golongan, atau organisasi keagamaan tertentu. Ini menyebabkan pola pikir umat Muslim menjadi dikotomis dan terpecah-pecah. Sehingga pemahaman terhadap Islam tidak sampai kepada prinsip-prinsip dasar yang membangunnya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.

Ketiga, Membebaskan umat Islam dari rong-rongan paham sekularisme, orang-orang sekular, dan gerakan
sekularisasi pemikiran yang secara prinsip dasar menjauhkan antara ilmu dan Tuhan (agama). Dengan adanya kesenjangan antara ilmu dan Tuhan. Maka konsekuensinya adalah adanya kesenjangan antara aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya dengan Tuhan.

Keempat, dengan adanya Islamisasi maka pemahaman terhadap ilmu dan teraplikasinya dengan amal menjadi lebih
jelas. Dengan maksud, bahwa jiwa manusia menjadi sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang memiliki jiwa spiritual, bukan makhluk mekanik seperti robot. Dari keempat poin ini maka Islamisasi ilmu pengetahuan adalah pembebasan umat Muslim dari nilai-nilai ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan pandangan hidup Islam. Dalam bahasa Al-Attas, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah Dewesternisasi Ilmu Pengetahuan (Dewesternitation of Knowledge).

 

 

Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Tokoh-tokoh islamisasi ilmu memberikan pengertian sendiri tentang istilah ini, menurut Syed Husein Nasr, islamisasi ilmu termasuk juga Islamisasi budaya adalah menterjemahkan pengetahuan moderen kedalam bahasa yang dapat dipahami masyarakat muslim dimana mereka tinggal. Artinya, Islamisasi ilmu lebih merupakan usaha untuk mempertemukan cara pikir dan bertindak masyarakat barat dengan muslim.

 

Sementara itu menurut Naquib Al-Attas, islamisasi ilmu adalah upaya membebaskan ilmu pengetahuan dari makna, paham seseorang dan perinsip-perinsip sekuler, sehingga terbentuk ilmu pengetahuan baru yang sesuai fitrah islam. Berarti yang berkenaan dengan perubahan sikap manusia dan pola pikir manusia terkait dengan perubahan cara pandang dunia yang merupakan dasar lahirnya ilmu dan metode yang digunakan, agar sesuai dengan konsep Islam. Islamisasi ilmu menurut Fahmi Jarkasih yang seorang murid dari Naquib Al-Attas adalah memahami suatu ilmu dengan pandangan Islam yang sesuai dengan Qur’an dan hadits, maka menimbulkan pemahaman ilmu berdasarkan kaca mata Islam. Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah yakni mantan rektor UIN Sunan Kalijaga, islamisasi ilmu adalah memahami sesuatu ilmu agama atau islam dengan pandangan ilmu pengetahuan barat, yang menimbulkan ilmu-ilmu pengetahuan yang memandang Islam atau memandang Islam dalam kacamata Ilmu barat, sehingga banyak berpandangan tentang Islam dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan. 

 

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, Islamisasi ilmu berarti upaya membangun paradigma keilmuan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, baik pada aspek ontologisnya, epistimologis atau aksiologisnya. Mengislamkan ilmu bukanlah hal yang mudah, tidak semua yang dari barat berarti ditolak. Sebabnya, terdapat sebuah persamaan antara islam dan filsafat dan sains barat. Oleh sebab itu, seseorang yang mengislamkan ilmu ia harus memenuhi persyaratannya yaitu, ia harus bisa mengidentifikasi pandangan hidup Islam sekaligus mampu memahami budaya dan peradaban barat. Pandangan hidup dalam Islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran. Realitas dan kebenaran dalam Islam bukanlah semata-mata pikiran tentang alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang ada di dalam konsep barat sekular mengenai dunia, yang dibatasi kepada dunia yang dapat dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian metafisika terhadap dunia yang nampak dan tidak nampak. Jadi, pandangan hidup Islam mencakup dunia dan akhirat.

 

Setelah mengatahuai secara mendalam pandangan hidup Islam dan barat, maka proses Islamisasi baru bisa dilakukan. Sebabnya, islamisasi ilmu pengetahuan saat ini melibatkan dua proses yang saling terkait. Mengisolir unsur-unsur dan konsep-konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban barat. Menurut Syed Muhamad Naquib Al-Attas, jika tidak sesuai dengan pandangan hidup Islam, maka fakta menjadi tidak benar. Selain itu, ilmu-ilmu moderen harus diperiksa dengan teliti. Ini memcakup metode, konsep, praduga, simbol, dari ilmu moderen beserta aspek-aspek empiris dan rasional. Memasukan unsur-unsur Islam beserta konsep-konsep kunci dalam setiap biang dari ilmu pengetahuan saat ini yang sesuai.

 

Jika kedua proses tersebut selesai dilakukan, maka islamisasi akan membebaskan manusia dari tradisi budaya nasional yang bertentangan dengan Islam, dan kemudian dari kontrol sekular kepada akal dan bahasanya. Islamisasi akan membebaskan akal manusia dari keraguan, dugaan dan argumentasi kosong menuju keyakinan akan kebenaran. Islamisasi akan mengeluarkan penafsiran-penafsiran ilmu pengetahuan kontemporer dari ideologi, makna dan ungkapan sekular. Sebagai kesimpulan, untuk menjawab tantangan hegemoni westernisasi ilmu yang sedang melanda peradaban dunia saat ini, kaum muslimin memerlukan sebuah “revolusi epistimologi” dan itu dapat dilakukan melalui islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer.

 

Untuk lebih jelasnya westernisasi ilmu pengetahuan adalah perilaku untuk mengikuti dan menerapkan paham ilmu pengetahuan barat baik yang dapat menguntungkan ataupun merugikan umat islam,sisi buruk dari westernisasi ilmu pengetahuan adalah dapat menyebabkan konsep berfikir muslim lebih condong ke dunia yang lebuh mengandalkan akal pikiran yang sangat rasional dan hanya memandang pengetahuan dari sisi keduniaan dan menumbulkan rasa kurang percaya pada keyakinan kerohanian, untuk mencegah westernisasi umat islam harus melakukan islamisasi ilmu pengetahuan atau dewesternisasi ilmu pengetahuan dengan lebih selektif dalam mempelajari ilmu dari barat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama