TERMOREGULASI DAN GERAK REFLEKS PADA KODOK (Bufo sp)
Oleh:
Mukhammad Akmal Surur
Editor:
Akhdan Najla Malik Al'abda
Abstrak
Sistem syaraf merupakan suatu sistem organ sebagai alat reseptor pada hewan. Gerak refleks merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur syaraf yang paling sederhana dan terjadi jika mendapat stimulus. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas refleks pada hewan kodok. Percobaan dilakukan dengan perlakuan berupa cubitan pada kaki dengan pinset untuk mengetahui bagaimana respon yang timbul, hasilnya berupa gerak efleks sebagai respon cepat dari rangsangan yang diberikan. Selain itu dilakukan beberapa rangsangan seperti di masukan kedalam wadah air, diamati dalam posisi normal untuk mengetahui respon yang dibeikan oleh kodok. Sedangkan dalam percobaan termoregulasi juga dilakukan dengan perlakuan berupa perlakuan kontrol, diletakan dalam wadah dingin, dan pada wadah hangat. Kodok yang diletakan pada kondisi dingin dan hangat ketika diukur suhu badannya akan mengalami perubahan suhu, yang mengarah pada penyesuaian agar tetap konstan. Suhu kodok akan berada sedikit diatas atau dibawah suhu lingkungan.
Kata Kunci: Gerak refleks, termoregulasi, kodok
PENDAHULUAN
Termoregulasi adalah suatu mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran yang masih ditolelir. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dan pelepasan panas (campbell, 2008). Sedangkan menurut Isnaeni (2006) dalam bukunya yang berjudul Fisiologi Hewan mengartikan termoregulasi sebagai suatau proses yang terjadi pada hewan yang mepertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan, paling tidak suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang terlalu besar. Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu tubuhnya hewan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hewan homoiterm dan poikiliterm. Hewan poikiloterm yaitu hewan yang suhu tubuhnya terpengaruh oleh perubahan suhu lingkungan, sehingga suhu tubuhnya berada sedikit di atas atau dibawah suhu lingkungan, atau dikenal dengan istilah hewan berdarah dingin. Sedangkan hewan homoiterm dikenal sebagai hewan berdarah panas yang mana suhu tubuhnya tidak terpengaruh dengan suhu lingkungan. Hewan poikiloterm juga disebut sebagai hewan ektoterm karena suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternalnya. Sementara, homoiterm juga disebut endoderm karena suhu tubuhnya di atur oleh panas didalam tubuh hewan itu sendiri. (Isnaeni,2006).
Susunan sistem syaraf pada manusia yaitu tersusun dari sistem syaraf pusat, yang terdiri otak dan sum-sum tulang belakang atau medula spinalis dan sistem syaraf tepi, yang terdiri dari saraf somatis dan otonom. Pada tingkatan lebih sederhana lagi sistem syaraf terkadang hanya terdiri dari sebuah akson, neuron, dan dendrit. Meskipun dengan susunan yang sederhana tersebut suatu hewan masih dapat merespon apabila terjadi perubahan lingkungannya (Isnaeni, 2006).
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, yaitu kemampuan untuk tanggap terhadap suatu rangsangan yang sampai padanya. Sifat tersebut masih sangat menonjol pada sel otot dan sel syaraf. Sel otot akan memberikan respon melalui syaraf atau langsung apabila dirangsang. Pada umumnya respon yang diberikan berupa kontraksi otot, sedangkan pada sel syaraf respon tidak dapat diamati, karena hanya berupa proses pembentukan potensial aksi yang dirambatkan berupa implus. Adanya respon pada sel syaraf hanya bisa diamati lewat efektornya (hendra, 2011).
Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan pada tubuh atau proteksi dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar; misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas tersebut (Peace, 2010). Semua reaksi motorik medula spinalis bersifat otomatis dan terjadi hampir dengan segera sebagai reaksi terhadap sinyal sensorik (Wirawan, 2008).
Menurut campbell (2008), fungsi utama sistem syaraf yaitu:
a. Untuk mendeteksi, menganalisis, menggunakan dan menghantarkan semua informasi
b. Untuk mengorganisis dan mengatur, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian terbesar fungsi tubuh, terutama kegiatan endoktrin.
Gerak refleks merupakan respon cepat, karena terkodinir oleh sistem syaraf dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Reflek dikendalikan oleh sistem syaraf yaitu otak dan medula spinalis. Refleks terjadi lewat suatu lintasan tertentu, disebut lengkung refleks dengan komponen: reseptor, neuron sensorik, neuron penghubung (didalam otak dan medula spinalis), neuron motorik, dan efektor.
METODE
1. Termoregulasi
Pada praktikum termoregulasi kodok dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu keadaan normal, keadaan dingin, dan keadaan hangat. Pada keadaan normal hal-hal yang dilakukan yaitu, disediakan dua gelas beker dengan ukuran yang berbeda, besar kecil. Kemudian disediakan juga kodok, yang diikat dengan kardus atau sebagainya dengan karet agar posisi katak terlentang, selanjutnya beker besar diisi air biasa, kemudian dimasukan gelas beker yang lebih kecil dengan kondisi kosong. Dihitung suhu normalnya dan dicatat. Kemudian katak yang telah disiapkan dimasukan kedalam beker kecil dan jangan sampai kaki katak menyentuh dasar beker. Dilanjutkan dengan pengitungan suhu katak, dengan cara memasukan termometer kedalam mulut katak, dan dicatat suhunya. Pada perlakuan keadaan dingin dan panas yang di ganti adalah air yang di dalam beker besar ditambah dengan air dingin untuk keadaan dingin, dan air hangat untuk keadaan hangat.
2. Gerak
Pada praktikum gerak refleks pada kodok dilakukan dengan cara, diletakan kodok dalam posisi normal pada papan, diamati posisi kepala, mata dan anggota geraknya. Kornea mata disentuh dengan kapas dan diamati apa yang terjadi. Kemudian dihitung frekuensi pernapasan per menit dengan cara dihitung gerakan kulit pada rahangnya. Diamati keseimbangannya dengan cara, kodok diletakan dalam posisi terlentang pada papan. Papan dipitar secara horizontal lalu diamati posisi gerakan mata, kepala, dan alat geraknya. Kemudian dimasukan kodok dalam wadah yang berisi air, diamati cara berenangnya, kodok dikeluarkan dan diletakan dalam papan dengan posisi normal. Dilanjutkan dengan dicubit kodok tersebut dengan pinset dan diamati apa yang terjadi. Kemudian diambil lampu senter dan disoroti ke kodok dari jarak 25 cm, 15 cm, dan 5 cm, diamati apa yang terjadi.
PEMBAHASAN
Adapun pembahasan pada percobaan ini akan dimulai dengan gerak refleks pada kodok (Bufo sp). Gerak efleks merupakan gerak yang cepat dan tidak sadar karena adanya perubahan lingkungan. Implus yang menyebabkan gerakan ini tidak melewati otak dan terjadi dengan sangat singkat. Sistem syaraf pusat sebagai pengendali gerak refleks merupakan sebuah mekanisme yang terjadi pada makhluk hidup, salah satunya kodok yang terjadi karena adanya rangsangan yang diberikan kepadanya. Apabila sebuah syaraf dikenakan rangsangan maka akan mengeluarkan respon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia .
Pada praktkum ini menggunakan kodok sebagai subjek percobaan. Percobaan gerak refleks dilakukan dengan beberapa pengamatan yaitu pada posisi normal dimana kodok diletakkan di meja praktikum, yang dapat diamati yaitu mata kodok berkedip, dengan kepala mendongok keatas, alat geraknya bergerak gerak dan ketika kornea mata disentuh dengan kapas akan kedip, hal ini karena mata katak merespon dari rangsangan yang diberikan berupa sentuhan. Pada menghitung frekuensi pernapasan per menit yang dihitung dengan cara menghitung gerakan kulit pada rahang dilakukan 3 kali, pada menit pertama sebanyak 131 kali, menit kedua sebanyak 140 kali, dan menit ketiga sebanyak 103 kali, jadi rata-rata frekuensi pernapasan kodok yaitu 124,6 kali per menit. Hasil yang lumayan berbeda di sebabkan karena kodok yang diamati merasa adanya ancaman dari kita dan itu mempengaruhi pernapasan dari kodok tersebut, dibuktikan sempat beberapa kali gerakan kulit tidak nampak untuk mengelabuhi musuh supaya dikira mati. Pada pengamatan keseimbangan kodok, yang sebelumnya telah di letakkan di papan kemudian diputar secara horizontal sebanyak satu kali menunjukan kaki yang semula diam menjadi bergerak karena kaget, dan ketika papan dimiringkan kepala kodok diangkat, hal ini menunjukan bahwa kodok akan mempertahankan posisinya agar seimbang. Pengamatan selanjutnya dilakukan dengan menceburkan kodok kedalam wadah air, terlihat dalam pengamatan bahwa kodok akan berenang untuk mempetahankan tubuh nya agar tidak tenggelam dengan cara menggerak gerrakan kakinya, dinamakan gerak sadar yang mekanismenya melewati otak.
rangsangan , syaraf sensorik, otak, syaraf motorik, efektor
hal ini efeks atau respon dari rangsangan yang diberikan, gerak yang semacam ini. Pengamatan terakhir yaitu dengan mencubit kodok dengan pinset. Pada saat dicubit di bagian kaki, scara spontan kaki kodok tersebut hendak meloncat demi menghindari rangsang yang diberikan. Hal ini mendukung teori bahwa rangsang yang di berikan kepada syaraf akan menghasilkan respon dari individu tersebut. Gerak semacam ini dinamakan gerak refleks karena di lakukan secara cepat dan spontan. Gerak refleks ini tidak melewati otak tapi terjadi dengan begitu cepat. Dengan mekanisme sebagai berikut:
rangsangan, syaraf sensorik, medula spinalis, syaraf motorik, efektor
pada praktikum termoregulasi kodok dilakukan dengan berbagai perlakuan seperti di letakan pada suhu normal, suhu dingin dan pada suhu hangat. Pada kondisi suhu lingkungan yang normal menunjukan angka sebesar 29˚ C dan suhu tubuh kodok sebesar 30˚C. Sedangkan setelah di letakan es batu di dalam gelas beker yang besar dan dilakukan pengukuran kembali, suhu tubuh kodok menjadi 29˚ C dengan suhu lingkungan turun menjadi 23˚C. Sedangkan pada perlakuan selanjutnya yaitu di letakan pada suhu hangat dengan penambahan air hangat pada gelas beker besar, suhu tubuh kodok menjadi 30,5˚C dan suhu lingkungan menjadi 78˚C. Dari hasil ini menunjukan bahwa suhu badan kodok dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan, dengan demikian kodok dapat digolongkan kepada hewan poikiloterm atau hewan berdarah dingin karena suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh lingkungan, dan suhu tubuh dapat berada sedikit lebih tinggi dan rendah dari suhu lingkungan. Hal ini dilakukan kodok untuk melakukan mekanisme termoregulasi, supaya mampu bertahan hidup. Dengan hasil ini pula membenarkan teori diatas bahwa hewan poikiloterm akan menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan atau dapat dikatakan suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa kodok termasuk hewan poikiloterm karena suhu tubuh kodok dapat dipengaruhi oleh lingkungannya dibuktikan dengan pengamatan yang telah dilakukan. Gerak refleks merupakan gerak cepat dan tidak sadar yang terjadi karena perubahan lingkungan internal maupun eksternal. Pada percobaan kodok yang dicubit dengan pingset akan melakukan gerak refleks dengan spontan, hal ini terjadi karena adanya rangsang dari lingkunannya. Gerak refleks tidak melewati otak, tapi melewati medula spinalis.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A and Jane B. Reece. 2008. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Hendra. 2011. Blog Hendra. Modul Praktikum Fisiologi Hewan.
Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Jogjakarta. Kanisius.
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Wirawan. 2008. Anatomi Fisiologi:Kelenjar Endokrindan Sistem Persarafan. Jakarta: EGC.
Posting Komentar