Pengaruh Dakwah di Era Modern Melalui Film Indonesia

 PENGARUH DAKWAH DI ERA MODERN MELALUI FILM INDONESIA

Oleh:

Nurul Sholeha Dewi (1708016019)

nurul.sh2908@gmail.com

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang




Abstrak

Film memiliki potensi untuk memengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya. Salah satu film yang cukup fenomenal adalah film Ayat-Ayat Cinta. Film ini sarat dengan pesan-pesan dakwah. Film memiliki daya tarik tersendiri, dan dapat disajikan dalam berbagai bentuk dan variasi sehingga dapat menimbulkan daya tarik bagi penontonnya. Di era modern ini, mengajar agama Islam tidak lagi menjadi otoritas seorang ulama. Di mana saja, kapan saja dan dengan berbagai cara orang bisa belajar agama Islam. Masyarakat sekarang ini tidak hanya mengandalkan ulama sebagai sumber satu-satunya untuk mendapatkan pengetahuan keagamaan. Terdapat makna denotasi adegan pesan-pesan dakwah verbal dan nonverbal dalam film Ayat-Ayat Cinta. Film Ayat-Ayat Cinta merepresentasikan pesan-pesan dakwah berada dalam bidang hukum Islam dan akhlak dalam Islam. Dalam bidang hukum Islam mencakup hukum menikah, hukum ta’aruf, hukum poligami, hukum menjunjung tinggi perempuan, hukum pergaulan laki-laki dan perempuan, dan hukum melihat aurat laki-laki. Dakwah melalui film memang akan lebih efektif dibandingkan dengan media lainnya. Sebab penyajiannya dapat diatur dalam berbagai bentuk dan variasi sehingga kesannya tidak seperti menggurui. Pengaruh dakwah melalui film dapat dilihat sejauhmana film memberikan kesan terhadap menonton. Kata kunci : Dakwah, Film, Ayat-Ayat Cinta, Hukum.

 

 

 

Pendahuluan

Dari sekian banyak media massa yang ada, maka film merupakan salah satu media massa yang sangat efektif dalam pelaksanaan dakwah. Film memiliki daya tarik tersendiri, dan dapat disajikan dalam berbagai bentuk dan variasi sehingga dapat menimbulkan daya tarik bagi penontonnya. Di era modern ini, mengajar agama Islam tidak lagi menjadi otoritas seorang ulama. Di mana saja, kapan saja dan dengan berbagai cara orang bisa belajar agama Islam. Masyarakat sekarang ini tidak hanya mengandalkan ulama sebagai sumber satu-satunya untuk mendapatkan pengetahuan keagamaan. Masyarakat bisa memanfaatkan televisi, radio, surat kabar, hand phone, video, CD-room, buku, majalah dan buletin. Bahkan, internet sekarang ini menjadi media yang begitu mudah dan praktis untuk mengetahui berbagai persoalan keagamaan, dari masalah-masalah ringan seputar ibadah sampai dengan persoalan yang pelik sekalipun, semua sangat mudah untuk diketahui dan didapatkan. “Mbah google” seringkali dijadikan sebagai sumber dan rujukan utama untuk mendapatkan pengetahuan keagamaan.

 Dengan era agraris, peran ulama dan tokoh agama begitu kuat dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pendapat dan sikap mereka ditiru, didengarkan dan dilaksanakan. Masyarakat rela berkorban dan mau datang ke tempat pengajian yang jaraknya jauh sekalipun, hanya karena cinta mereka kepada para ulama dan ingin mendapatkan taushiyah yang dapat dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar. Dengan khusyu, tawadlu’, dan memiliki semangat yang tinggi, mereka mendengarkan apa yang diucapkan oleh ulama dan berupaya secara maksimal melaksanakan apa yang telah disampaikannya.

Membicarakan sastra dan agama bisa berarti mempertautkan pengaruh agama dalam sebuah karya sastra, atau adakah sebuah karya sastra bernapaskan agama. Pertautan dua hal itu didasarkan pada pandangan bahwa seorang pengarang tidak dapat terlepas dari nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari ajaran agama, yang tampak dalam kehidupan. Pandangan itu erat dengan proses penciptaan karya sastra, bahwa karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya. Keberadaan karya sastra jenis novel yang bertema keagamaan semakin merebak. Hal itu bisa dilihat dari bermunculannya para pengarang yang novelnya bernafaskan keagamaan, dalam hal ini bernafaskan Islam2. Salah satu novel bernafaskan Islam yang mencerminkan nilai-nilai ajaran Islam adalah Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Novel Ayat-Ayat Cinta tersebut termasuk novel islami. Hal itu sesuai dengan pendapat Susanto yang menyatakan bahwa Ayat-Ayat Cinta merupakan novel Islami yang di dalamnya terkandung pesan-pesan moral keislaman.

 

Film sebagai Media Dakwah

Belakangan ini cara dakwah lewat film mulai banyak dilirik para aktivis dakwah di Indonesia. Kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta (AAC) menyedot perhatian seluruh masyarakat, sebagian aktivis dakwah tertarik untuk turut berdakwah melalui film, dengan tujuan tak boleh menghalalkan semua cara, harus diakui bahwa tujuan mereka yang turut membidani lahirnya berbagai “film dakwah” adalah baik. Bagaimana mungkin dikatakan tujuannya tidak baik jika tujuan mereka adalah untuk mensosialisasikan Islam kepada masyarakat, bagian dari dakwah, amar ma’ruf nahi munkar? Tentu saja, ini merupakan tujuan yang mulia. Namun, harus diingat bahwa dakwah adalah ibadah. Bukankah ibadah harus dilakukan dengan cara-cara yang benar? Cara yang syar’ie, cara yang dicontohkan oleh Rasulullah. Bukankah amal hanya akan diterima jika tujuan (niat) dan cara yang ditempuh, keduanya benar?

Pengaruh Film Terhadap Jiwa Manusia

1. Fungsi dan tujuan film

     Film sebagai salah satu dari media massa yang ada, memiliki berbagai macam fungsi dan tujuan sebagai berikut:

a. Sebagai pernyataan seni (media seni), yaitu film yang sejak semula telah diniatkan untuk dibuat sebagai karya seni yang menonjol.

b. Sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka “nation and character building”

c. Sebagai media hiburan dan barang dagangan yang berhasil dipasaran

2. Film dilihat dari segi kategori

    Apabila dilihat dari segi kategori film, maka film dapat kelompok dalam empat kategori, yaitu:

a. Film-film yang sesuai untuk ditonton umum (semua umur)

b. Film-film yang sesuai untuk orang-orang dewasa dan anak-anak yang berumur 17 tahun ke atas dan diizinkan nononton dengan izin tertulis dari orang tua mereka

c. Film-film yang cocok untuk orang-orang dewasa dan anak-anak berumur 17 tahun ke atas yang diizinkan nonton dengan disertai orang tuanya atau orang yang sudah dewasa lainnya

d. Film-film yang terlarang bagi anak-anak yang di bawah umur 17 tahun

3. Jenis-jenis film dan sifatnya

     Dari segi jenis-jenis film dan sifatnya, maka dapat dibagi kedalam tiga jenisnya, yaitu:

a. Film cerita (story film)

b. Film berita (newsreel)

c. Film dokomenter (Decumentary film)

d. Film cartoon (cartonic Film)

4. Kekuatan dan kelemahan media film

     a. Kekuatan

 1) Para penonton film terutama yang berada di gedung bioskop merupakan penonton yang seolah-olah terisolir dari pengaruh luar karena demikian film akan main/mulai diputar, lampu dimatikan dan pintu-pintu ditutup sehingga penonton dapat konsentrasi memusatkan segala perasaannya.

 2) Komunikan film lebih sempurna daripada komunikan dalam pers dan radio, lebih-lebih sekarang dengan dipergunakannya layar lebar, filmnya berwarna dengan sound affect yang sempurna maka penonton seakan-akan menyaksikan peristiwa sesungguhnya

     b. Kelemahannya

1) Bahwa dengan ruangan yang digelapkan maka penonton yang terisolir cenderung pada sifat yang pasif artinya menerima saja apa yang dilihat. Berbeda sekali kalau kita membaca surat kabar atau mendengarkan radio di mana biasanya komunikan mempunai tanggapan-tanggapan sendiri dalam pikiran kita sehingga komunikan cenderung bersifat aktif.

 2) Untuk penonton film diperlukan waktu tertentu dan harus dating pada gedung bioskop tertentu pula, jadi tidak seperti surat kabar, radio dan televise yang dapat dinikmati di rumah, sambil istirahat dan sebagainya

Pesan-Pesan Dakwah Verbal dan Nonverbal yang Bersifat Mengajak

Adapun pesan-pesan dakwah verbal yang bersifat mengajak adalah sebagai berikut:

    1. Scene-1: Anjuran untuk menikah

    2. Scene-2: Hubungan muslim dengan non muslim

    3. Scene-3: Menjunjung tinggi perempuan

    4. Scene-4: Ta’aruf yang diridai Allah

    5. Scene-5: Adil dalam poligami

    6. Scene-6: Hubungan dengan sesama muslim

    7. Scene-7: Sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian Allah SWT

    8. Scene-8: Ikhlas dalam poligami

Sedangkan pesan-pesan dakwah secara nonverbal yang bersifat mengajak adalah sebagai berikut:

    1. Scene 11: Menjaga pandangan untuk menghindari zina mata

    2. Scene-12: Shalat sebagai media komunikasi spiritual

    3. Scene-13: Meninggal dengan husn al-khatimah

 

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan: pertama, terdapat makna denotasi adegan pesan-pesan dakwah verbal dan nonverbal dalam film Ayat-Ayat Cinta. Makna denotasi dari ketiga belas adegan/sekuen yang berhasil diidentifikasi oleh peneliti mengandung pemaknaan yang jelas mengenai pesan-pesan dakwah verbal dan nonverbal.

Film Ayat-Ayat Cinta merepresentasikan pesan-pesan dakwah berada dalam bidang hukum Islam dan akhlak dalam Islam. Dalam bidang hukum Islam mencakup hukum menikah, hukum ta’aruf, hukum poligami, hukum menjunjung tinggi perempuan, hukum pergaulan laki-laki dan perempuan, dan hukum melihat aurat laki-laki. Sedangkan dalam bidang akhlak adalah akhlak hablun min al-nas, yakni hubungan antar sesama Muslim dan hubungan antara Muslim dan non Muslim, dan akhlak hablun min Allah, yakni mengerjakanshalat, ikhlas, dan sabar terhadap ujian Allah SWT, ikhlas hidup poligami, meninggal dalam keadaan husn al-khotimah.

Film adalah salah satu media audiovisual yang merupakan salah satu perangkat komunikasi yang dapat ditangkap baik melaui indra pendengar, maupun penglihatan. Film sangat memikat komunikannya karena operasionalisasi dari film itu didahului oleh adanya periapan yang sanggat cukup matang, seperti adanya: naskah cerita, scenario, shooting dan acting dari pemeran utama dan yang lainnya. Dakwah melalui film memang akan lebih efektif dibandingkan dengan media lainnya. Sebab penyajiannya dapat diatur dalam berbagai bentuk dan variasi sehingga kesannya tidak seperti menggurui. Pengaruh dakwah melalui film dapat dilihat sejauhmana film memberikan kesan terhadap menonton. Selain itu, terpulang kepada penonton sejauh mana penonton mengambil dan menaplikasikan apa yang mereka tonton.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Basit, 2013. Dakwah Cerdas di Era Modern. Jurnal Komunikasi Islam. Vol.3.

Asep Supriadi, 2006. Transformasi Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam Ayat-Ayat Cinta Karya HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY: Kajian Interteks. Jurnal Magister Susastra. Semarang : UNDIP.

Efendi, 2009. Dakwah Melalui Film. Jurnal Al-Tajdid. Vol.2.

Hakim Syah, 2013. Dakwah Dalam Film Islam di Indonesia. Jurnal Dakwah. Vol.17.

Irta Sulastri, Hukum Islam. Jurnal Islam. Vol.4.

Lukman Hakim, 2010. Conservative Islam Turn Or Popular Islam? an Analysis of the Film Ayat- ayat Cinta. Jurnal Al-Jami'ah. Vol.48.

Wahyuningsih, 2013. Representasi Pesan-Pesan Dakwah Dalam Film Ayat-Ayat Cinta. Jurnal Karsa. Vol.2.

   

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama