Langkah-Langkah dan Cara Pembenihan Udang Vaname
Banyaknya budidaya pembesaran udang vanamei mengakibatkan tingginya permintaan terhadap benur atau bibit udang vaname itu sendiri. Kebanyakan pembudidaya pembesaran udang tidak dapat membibitkan sendiri udang-udang yang mereka pelihara. Oleh karenanya, mereka lebih memilih membeli bibit-bibit unggul dari para pembibit udang vanamei. Nah, tentunya peluang usaha ini tak boleh dilewatkan begitu saja. Untuk anda yang ingin mulai memanfaatkan peluang tersebut dan ingin tahu cara pembibitan udang vanamei yang benar agar menghasilkan bibit yang unggul, ulasan berikut ini bisa anda simak dan anda jadikan referensi.
Langkah-langkah budidaya udang vanamei yang baik dan benar adalah sebagai berikut.
1. Persiapan bak
Wadah pemeliharaan induk udang vaname (Litopeneus vannemei) yang digunakan di Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Gelung adalah menggunakan bak yang terbuat dari beton berukuran panjang 4,8 x 3,8 x 1,3 meter dengan luas bak 18,24 m2 yang berjumlah 10 bak. Dasar bak induk berwarna biru muda untuk menyesuaikan dengan habitat aslinya serta untuk memudahkan pengontrolan dan sampling induk matang gonad. Sedangkan dinding bak berwarna hitam agar induk tidak menabrak dinding wadah. Hal ini sesuai dengan pendapat Subaidah et al., (2006), yang menyatakan bahwa warna dasar bak dibuat cerah dengan warna gelap pada setiap dindingnya, baik pada bak pemeliharaan induk dan pematangan gonad ataupun pada bak penetasan telur.
2. Pengadaan Calon Induk
3. Perawatan Induk Udang Vannamei
Untuk mendapatkan benih unggul, kondisi induk sangatlah penting. Dalam proses perawatan induk, perhatikanlah suhu, pH, oksigen dan juga kedalaman airnya. Pilihlah indukan yang mempunyai gerakan lincah dan tubuh berwarna jernih, organ tubuh tampak lengkap, dan bentuk tubuh ramping memanjang.
Persiapkan kolam perawatan terlebih dahulu, untuk membantu pertumbuhan plankton sebagai pakan alami udang vanamei, berilah pupuk urea dan juga TPS setiap satu minggu sekali. Agar keseimbangan plankton dalam kolam tetap terjaga, berikan juga urea dan fermentasi probiotik. Saat proses pemeliharaan, suhu air harus dijaga agar tetap berada dalam suhu normal yaitu antara 28°C-30°C, apabila suhu terlalu tinggi maka dapat terjadi reaksi kimia yang bisa meningkatkan pH dan NH3.
Untuk mempercepat kematangan gonad dengan pemberian pakan kaya nutrisi, sehingga induk yang akan digunakan dalam kegiatan pemijahan dapat menghasilkan telur yang berkualitas baik dengan fekunditas serta hatching rate (HR) yang baik pula. Telur yang berkualitas baik akan sangat berpengaruh terhadap kualitas naupli dan kualitas naupli juga akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan selanjutnya pada pemeliharaan larva. Pakan yang diberikan di lokasi praktek adalah tiram, cacing laut serta cacing Lumbricus yang memiliki kandungan protein cukup tinggi sehingga dapat merangsang dan memacu kematangan gonad induk, baik jantan maupun betina.
4. Perkawinan Induk
Jumlah induk yang dikawinkan harus memiliki perbandingan yang seimbang agar benih yang dihasilkan maksimal. Setelah dilakukan penyortiran, indukan yang telah siap meminjah harus dipindahkan ke kolam peminjahan. Ukuran kolam juga harus diperhatikan agar efektif. Kolam juga harus dipasang filter untuk menyaring telur udang yang kemudian dipindahkan untuk proses penetasan. Untuk membantu pemberantasan hama saat peminjahan, bagusnya kolam diberi saponin sebanyak 10-12 ppm, lalu dibiarkan selama beberapa hari sebelum digunakan agar reaksi kimianyanya hilang terlebih dahulu.
Suharyati et al., (2009), yang menyatakan bahwa proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada waktu malam hari, tetapi pada udang vaname paling aktif melakukan kawin pada saat matahari terbenam. Berdasarkan hasil wawancara dengan teknisi lapang, pemijahan dapat diketahui dengan melihat tingkah laku induk jantan yang berenang mengikuti induk betina. Kedua induk tersebut tampak seperti kejar-kejaran. Kemudian induk jantan berenang sejajar dengan induk betina dan membalikkan tubuh ke arah ventral udang betina. Setelah itu induk jantan mencengkram udang betina dan melepaskan sperma yang ditempelkan pada thellycum. Proses ini terjadi sekitar 2-6 detik.
Pengejaran induk jantan mengikuti induk betina adalah dikarenakan pada saat matang telur induk betina mengeluarkan feromone, yang selebihnya dijelaskan oleh Wyban and Sweeney (1991), yang menyatakan bahwa udang betina pada saat matang gonad akan mengeluarkan feromone sehingga menarik perhatian induk jantan. Feromone adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seksual pada jantan maupun betina.
5. Penetesan Udang Vannamei
Induk yang baru datang tidak dapat langsung dipijahkan, akan tetapi harus dilakukan karantina dan adaptasi. Proses adaptasi induk biasanya dilakukan selama 4-7 hari sebelum dipijahkan. Proses adaptasi calon induk yang baru datang dilakukan dengan cara memasukkan induk ke dalam bak karantina yang telah dilakukan aklimatisasi suhu dan salinitas terlebih dahulu. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan ember yang berisi induk ke dalam bak pemeliharaan induk dan air pada bak pemeliharaan dimasukkan ke dalam ember yang berisi induk secara perlahan-lahan sampai induk keluar dengan sendirinya. Tujuan dari aklimatisasi adalah untuk menjaga kualitas calon induk agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru.
Siapkan kolam penetasan dan pemeliharaan untuk menampung telur yang dihasilkan. Saat udang telah menetas, induk harus segera dipisahkan dari telurnya dan dipersiapkan untuk perkawinan berikutnya. Benur udang vanamei yang sudah melewati proses penetasan harus menunggu sekitar 120 hari hingga siap panen dengan bobot rata-rata 10-20 gram/ekor.
6. Seleksi Induk Matang Telur
Pada udang betina, kematangan gonad dicirikan dengan perkembangan ovary pada bagian dorsal tubuh udang berwarna orange yang terlihat semakin jelas, membentuk garis tebal dan menggelembung sampai ke bagian kepala (Gambar 4b). Hal ini sesuai dengan pendapat Kokarkin et al., (1986) yang menyatakan bahwa pada induk matang telur warna ovary terlihat semakin jelas dan tebal. Sedangkan pada udang jantan, kematangan gonad terlihat jelas pada kantung sperma yang berwarna putih berisi sperma yang terletak didekat kaki jalan ke 5.
7. Pemanenan Udang Vannamei
Udang vanamei dapat dipanen kapan saja, akan tetapi lebih baik jika dilakukan pada sore hari untuk menghindari kontak langsung dengan sinar matahari. Ini juga dilakukan untuk menghindari pergantian kulit udang vanamei tersebut akibat stres karena hal tersebut nantinya akan sangat berdampak pada penurunan harga jual benih udang.
DAFTAR PUSTAKA
Haliman, R.W. dan D. Adijaya S. 2007. Udang Vaname. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ismail, A. 1991. Pengaruh Rangsangan Hormon terhadap Perkembangan Gonad Individu Betina dan Kualitas Telur Udang Windu (Penaeus monodon). [Disertasi].Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kokarkin. C, M.L. Nurdjana, dan B.S. Ranoemihardjo. 1986. Produksi Induk Masak Telur Dalam Pembenihan Udang Windu. Direktorat jenderal perikanan. SNI Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar – SNI 01-7252-2006.
Subaidah, S., Pramudjo., Asdari, M., Imam, N., Sugestya., Nurul, D., Cahyaningsih, S. 2006. Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei). Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Situbondo.
Suharyati, Syafrudi L, Heriyanto, Marung, Y., Budianto, H., dan Novrizal. 2009. Produksi Nauplius dalam Proses Pembenihan Udang [internet]. [diunduh 2016 Mei 20]. Tersedia pada www.softwarelabs.com. Wyban, J.W. dan Sweeney, J.N. (1991). Intensive Shrimp Production Technology. The Oceanic Institute Shrimp Manual. Honolulu, Hawai, USA. 158 halaman
إرسال تعليق