Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus osteatus) Sebagai Peluang Bisnis Yang Menjanjikan

BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (PLEUROTUS OSTREATUS) SEBAGAI PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN 

Disusun oleh:  Akhdan Najla Malik Al'abda,   M. Akmal Surur,  M. Ato’urrohman 



 

A. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

2. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan gizi jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis jamur (fungi).

4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh bahan media yang berbeda terhadap hasil jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).

 

B. Dasar Teori

Fungi atau sering kita sebut jamur, merupakan heterotof yang memperoleh makanannya dengan cara absorbsi nutrien yang ada di lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan cara mensekresikan enzim-enzim hidrolitik kuat di sekelilingnya. Enzim-enzim ini akan bekerja sebagai pemecah molekul-molekul kompleks menjadi senyawa organik yang lebih kecil shingga dapat dimanfaatkan fungi untuk makananya. Beberapa jenis fungi yang lain bahkan menggunakan enzim untuk menembus dinding sel tumbuhan, sehingga mampu menyerap nutrien dari sel tumbuhan (Campbel, 2008)

Fungi memgang perannan yang penting dalam komunitas ekologi, dengan berbagai dekomposer, parasit atau mutualis karena fungi dapat menyerap berbagai unsur hidup maupun takhidup. Fungi dekomposer menabsorbsi nutrien dari makhluk tak hidup seperti kayu mati, bangakai hewan yang telah mati, dan sisa sisa metabolisme makhluk hidup. Sedangkan fungi parasitik akan menabsorbsi nutrien dari sel-sel inang hidup. Beberapa jenis fungi parasitik merupakan patogen, seperti spesies yang menginfeksi paru-paru manusia. Fungi mutualistik juga menabsorbsi nutrien dari orgaanisme inang tapi mereka membalas dengan keuntungan bagi inang. Contohnya fungi yang hidup pada sepesies rayap tertentu menggunakan enzim-enzimnya untuk menguraikan kayu, sebagaimana yang dilakukan oleh protista mutualistik pada sepesies rayap yang lain (Campbell, 2008)

Jamur pada umumnya dibedakan kedalam 4 kategori, pertama yaitu jamur pangan merupakan jenis jamur yang dapat dikonsumsi dan berdaging serta enak dimakan, kedua jamur obat yang digunakan untuk pengobatan. Ketiga jamur beracun, jamur ini tidak dapat dimakansama sekali karena dapat mengakibatkan keracunan bahkan sampai meninggal.  dan terakir jamur yang tidak masuk kedalam kategori diatas dan banyak jenisnya dialam (Inggit dan rahayu, 2002)

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat pada umumnya. Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandin dengan jenis jamur kayu yang lain. Jamur ini mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dari yang lain (Jamilah nasution, 2016)

Jamur tiram putih hidup secara sapropit pada kayu yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditumbuhkan pada serbuk gergaji dan jerami, atau pada bahan lain yang mengandung selulosa dengan nilai C/N > 50 (Wahyudi, 2002 ; Ambarwati, 1991; Zadrazil ; 1978 dalam Nurul dan siti, 2014).  

Serbuk kayu atau sering disebut gergaji merupakan hasil sampingan dari pengrajin kayu atau perusahaan kayu yang pemanfaatan nya masih sangat minim. Untuk mengurangi tingkat pencemaran yang ditimbulkan maka serbuk kayu ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan media tanam jamur tiram yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. (Muchroji & Cahyana, 2010). Bekatul atau dedak padi merupakan hasil sisa penggilingan padi. Digunakan sebagai bahan tambahan media tanam yang berfungsi sebagai nutrisi dan sumber karbohidrat, karbon dan nitrogen. Bekatul juga kaya akan vitamin B kompleks, merupakan bagian yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta berfungsi juga sebagai pemicu pertumbuhan tubuh buah (Soenanto, 2000).Pada budidaya jamur, kapur juga diperlukan karena berfungsi sebagai pengatur pH (keasaman) media tanam dan sebagai sumber kalsium (Ca) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur. Kapur yang digunakan sebagai bahan campuran media adalah kapur pertanian yaitu kalsiumkarbonat (CaCO3) atau kapur bangunan (Sunarmi&Saparinto, 2010).

Budidaya jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus) memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan untuk pengganti bahan  makanan hewani karena kandungan gizinya yang tidak kalah tinggi. Selain itu dari segi harga juga sangat menguntungkan karena satu kilo jamur tiram dibandrol harga sepuluh ribu rupiah bahkan bissa lebih tergantung letak daerah dan minat pasar. Permintaan lokal maupun luar juga cukup tinggi dan terbuka lebar. Masa panen yang relatif singkat yaitu sekitar 1-3 bulan, serta bahan baku yang mudah didapatkan seperti bekatul, kapur, grajen dan lain-lain yang terhitung ekonomis dapat menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan (ummu, dll. 2011)

Dalam berwirausaha kita dituntut untuk selalu tekun dan ulet serta berjiwa pantang menyerah disaat mendapatkan kegagalan. Djarijah (2001) menuturkan beberapa penyebab kegagalan yang sering dialami pembudidaya dalam berbudidaya jamur tiram diantaranya proses pemilihan bibit yang kuang baik, pembuatan baglok yang tidak steril, proses sterilisasi yang kurang sempurna, penanaman bibit jamur yang tidak aseptis, rumah tempat budidaya yang tidak bersih. Hal ini menjadi penyebab tumbuhny ajamur kontaminan yang dapat mengkontaminasi baglok, sehingga jamur tiram yang diharapkan tumbuh justru tidak tumbuh. Selain itu juga cara pemanenan yang kurang tepat dapat mengakibatkan baglok menghitam akibat mikroorganisme yang tumbuh (Arif dan ika, 2017)

 

 

 

C. Metode

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dilakukan pada waktu pemberian materi sebagai pengantar ,dalam praktek maupun pada waktu pendampingan dengan narasumber yang melakukan kegiatan budidaya jamur tiram .

D. Hasil Pengamatan

a. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan untuk menanam atau budidaya jamur tiram putih adalah sekop, plastik, cincin, karet, tutup, alat sterilisasi

2. Bahan yang diperlukan untuk membudidayakan jamur tiram putih adalah gerajen kayu, kapur bangunan (CaCO3), Katul, air, spora

b. Langkah Kerja

Ada beberapa langkah kerja yang harus dipahami dalam budidaya Jamur Tiram. Menurut keterangan dari narasumber Agus Sumarno, langkah kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Kubung

Dalam budidaya jamur pasti memerlukan kubung untuk menyimpan baglog. Kubung sendiri adalah bangunan atau tempat penyimpanan baglog sebagai media tumbuhnya jamur. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kubung berupa tiang kaso/bambu, rak-rak, bilik untuk dinding dan atap berupa genteng, asbes atau rumbia. Jumlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi ruang pemeliharaan dan jumlah baglog yang akan dipelihara.

2. Pembuatan Baglog

Baglog terbuat dari plastik dengan ukuran diameter 18 cm, panjang 35 cm, dan tebal 0,4 cm.

3. Pembuatan Media Tanam

Pembuatan media tanam menggunakan bahan berupa gerajen, kapur, air, katul dan air.

4. Pencampuran

Pencampuran gerajen dengan  kapur dan katul sesuai takaran untuk mendapatkan komposisi media yang merata. Tujuannya menyediakan sumber hara/nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sampai siap dipanen.

Menurut narasumber, setiap pembuatan media tanam diperlukan 100 Kg gerajen, Kapur (CaCO3) 2-3%, Katul 10-15%, dan air 60%. Semua bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga apabila dikepal hanya mengeluarkan satu tetes air dan bila dibuka gumpalan serbuk kayu tidak serta merca pecah.

5. Pengisian media ke baglog

Setelah semua bahan tercampurkan, langkah selanjutnya adalah mengisi media atau campuran bahan kedalam baglog. Baglog yang digunakan terbuat dari plastik berukuran 18x35x0,4. Diameter 18 cm, panjang 35 cm, dan tebal 0,4 cm. campuran yang diisi dipadatkan dan sudah memenuhi ukuran baglog lalu dipasang cincin yang juga terbuat dari plastik.

6. Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba, baik bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Tujuannya mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang tidak dikendaki. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80° C selama 5 – 6  jam. Alat sterilisasi yang digunakan masih sederhana dan menggunakan kayu bakar.

7. Pendinginan

Proses pendinginan merupakan suatu upaya menurunkan suhu media tanam setelah disterilkan agar bibit yang akan dimasukkan ke dalam baglog tidak mati. Pendinginan dilakukan 12-24 jam sebelum dinokulasi. Temperatur yang diinginkan adalah 30 - 35°C.

8. Inokulasi Bibit

Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya adalah menumbuhkan miselia jamur pada media tanam hingga menghasilkan jamur yang siap panen.

Petugas yang akan menginokulasikan bibit harus mencuci tangan agar bersih. Diamil sedikit bibit jarum tiram, kira-kira 1 sendok the dan diletakkan didalam baglog setelah itu sedikit ditekan. Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup kembali.

9. Inkubasi

Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkan media tanam yang telah diinokulasi pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh. Tujuanya adalah  untuk mendapatkan pertumbuhan miselia. Inkubasi dilakukan didalam ruangan dengan suhu 25-33oC.

10. Pemindahan ke Tempat Budidaya

Setelah baglog telah putih penuh ditumbuhi miselium, lalu baglog dipindahkan ke kumbung budidaya. Agar jamur bisa tumbuh maka tutup cincin dibuka. Menurut narasumber, satu baglog bisa menghasilkan panenan 4-5 kali.

E. Pembahasan

Budidaya Jamur yang kami kunjungi bernama AGRO BERKAH LESTARI. Industri ini diprakarsai oleh Bapak Agus Sumarno sejak tahun 2003 sampai sekarang. Narasumber memilih budidaya jamur tiram putih karena di daerah tersebut cocok untuk budidaya jamur tiram putih dengensuhu sekitar 20 drajat celcius dan kelembaban udara 70-80% di daerah mijen dan melihat peluang untuk diterima masyarakat lebih besar dibanding jamur-jamur lainnya.

Dalam satu bulan Pak Agus memproduksi sekitar 500 baglog dari 12 karung (250 Kg). Dalam menjalani industri atau usaha budidaya jamur ini banyak sekali rintangan yang harus dihadapi. Saat awal mulai usaha ini, beliau pernah gagal total dan harus memulai usahanya dari awal. Beliau mengatakan bahwa banyak petani jamur yang tidak sabaran sehingga baru gagal satu kali sudah menyerah.

Penyebab gagalnya budidaya Jamur tiram antara lain yaitu Sterilisasi yang kurang maksimal sehingga menyebabkan adanya jamur lain pada media yang masih hidup yang kemudian menyebabkan jamur tiram tidak bisa tumbuh pada media, Pencampuran pada pembuatan media yang tidak sesuai, hal ini juga mempengaruh kualitas dan kuantitas produksi jamur tiram putih, jika takaran tidak sesuai dengan cara kerja maka produksi jamur tiram akan berkurang bahkan bisa tidak tumbuh sama sekali dan pengaruh suhu dan kelembaban udara pada lingkungan, jika tidak sesuai dengan habitat jamur tiram tidak akan tumbuh.

Pemasaran dilakukan keindustri-industri yang membutuhkan bahan pokok jamur dan dijual di pasar mijen. Selain itu pembeli langganan akan langsung mengambil pesanan di lokasi budidaya. 1 Kg Jamur dihargai 12.000, omset dalam sebulan mencapi 3-4 jutaan.

Dalam tahap sterilisasi baglog pak agus menggunakan alat sterilisasi/autoklaf yang masih sederhana yang berupa tungku besar dengan bahan bakar sampah baglog dan kayu bakar, autoklaf sederhana tersebut mampu menghasilkan panas hingga 80 derajat celcius sehingga dapat mensterilkan baglog. Kekurangan menggunakan penamas sederhana ini adalah tidak semua baglog bisa disterilkan karena pemanasan dengan cara sederhana ini tidak merata yang menyebabkan baglog di bagian atas tungku kurang mendapatkan panas sehingga terjadi kontaminasi saat penanaman.

Pada tahap inkubasi setelah penanaman spora jamur baglog ditutup dengan cincin yang ditutup oleh kertas koran pada ujungnya, setelah spora yang ditanam di media baglog telah muncul misellium kemudian kertas koran sedikit dilubangi agar jamur dapat tumbuh, ditunggu selama 2-3 minggu sebelum jamur tiram siap dipanen.

Cara pemanenan Jamur tiram dengan cara dicabut sampai akar dan tidak boleh dipotong karena sisa pemotongan akan meninggalkan bagian akar pada media yang kemudian jika akar telah membusuk akan menyebabkan kontaminasi pada media baglog sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk budidaya.

 

F. Kesimpulan

Budidaya jamur di Mijen yang bernama Agro Berkah Lestari dapat memproduksi memproduksi sekitar 500 baglog dari 12 karung (250 Kg) perbulan. Pemasaran dilakukan di Pasar Mijen, industri-industri yang membutuhkan bahan pokok jamur, dan Agen-agen(Pembeli langganan). Biasanya 1Kg Jamur dihargai 12.000, omset dalam sebulan mencapi 3-4 jutaan.

G. Lampiran





H. Daftar Pustaka

 Arif Mulyanto, Ika Oksi Susilawat. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budidaya Jamur Tiram Putih Dan Upaya Perbaikannya Di Desa Kaliori Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Bioscientiae. Volume 14, Nomor 1, Januari 2017, Halaman 9-15.

 

Inggit Winarni Dan Ucu Rahayu. 2002. Pengaruh Formulasi Media Tanam Dengan, Bahan Dasar Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus). Skripsi

Jamilah Nasution.2016. Kandungan Karbohidrat Dan Protein Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Media Tanam Serbuk Kayu Kemiri (Aleurites Moluccana) Dan Serbuk Kayu Campuran. Jurnal Eksakta. Volume 1

Muchroji Dan Cahyana Y.A.. 2010. Budidaya Jamur Kuping. Penebar Swadaya. Jakarta.

 Nurul Istiqomah Dan Siti Fatimah. 2014. Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Pada Berbagai Komposisi Media Tanam. Ziraa’ah, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman 95-99

Soenanto, H. 2000. Jamur Tiram. Aneka Ilmu. Semarang.

Sunarmi, Y.I. Dan Saparinto, C. 2010.  Usaha 6 Jenis Jamur Skala Rumah Tangga. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ummu, Siti Dan Catur. 2011. Efektivitas Pemberian Air Leri Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih. AGROVIGOR. VOLUME 4 NO 2

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama