Sterilisasi Ruang Praktikum

Sterilisasi Ruang Praktikum




DASAR TEORI

Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan terdiri dari ruangan-ruangan yang dipisahkan berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area), ruang penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan (growing area). Seberapapun luasnya laboratorium, ketiga ruang tersebut harus ada. Ketiga ruang di atas juga harus terpisah dari kebun bibit dan green house untuk menghindari masuknya kontaminasi ke dalam ruang kultur. Kebersihan lantai, meja dan kursi harus terus dijaga secara intensif (Hartman dkk, 1997).

1. Ruang Persiapan (preparation area)

Ruang persiapan merupakan ruangan yang mempunyai 3 fungsi dasar yaitu untuk membersihkan alat-alat (alat-alat gelas seperti petri, botol, dll), persiapan dan sterilisasi media, dan penyimpanan alat-alat gelas. Sebuah bak untuk mencuci yang dilengkapi dengan kran untuk aliran air mengalir juga diperlukan untuk membersihkan alat-alat berbahan gelas. Selain itu diperlukan meja yang permukaanya dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan.

    Peralatan selanjutnya yang digunakan dalam ruang preparasi adalah lemari es untuk menyimpan larutan stok dan beberapa media, timbangan analitik, autoclave, pH meter, magnetic stirrer, destilator (Hartmann dkk., 1997). Selain alat di atas, ruangan ini juga dilengkapi dengan alat-alat seperti Hot plate dengan magnetic stirer,Oven, pH meter , kompor gas, labu takar, gelas piala, erlenmeyer, pengaduk gelas, spatula, petridish, pipet, botol kultur, pisau scalpel

2. Ruangi Penanaman (Transfer area)

Ruang penanaman merupakan ruang yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan subkultur (penjarangan) pada kondisi steril yang di dalamnya terdapat lemari kaca atau kabinet yang disebut Laminar Airflow (LAF). Laminar Airflow ini digunakan untuk pemotongan eksplan, melakukan penanaman dan subkultur. Akan tetapi jika tidak ada LAF yang memadai, tahap isolasi (pemotongan eksplan) dapat dilakukan di antara kertas saring steril. Sangat dianjurkan untuk menggunakan jas laboratorium yang bersih selama tahap persiapan dan mensterilkan tangan dengan alkohol 96% (Pierik, 1987). Alat-alat seperti scalpel, gunting dan alat-alat inokulasi lainnya harus disterilkan dengan alkohol 96% dan dilanjutkan dengan pemanasan di atas api bunsen. Lampu ultraviolet (UV) juga digunakan untuk mensterilkan ruang, sebelum LAF digunakan.

Pemotongan eksplan juga dilakukan di dalam LAF yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa tahapan sterilisasi sebelum ditanam pada media kultur. Selama inokulasi atau penanaman, botol yang berisi media padat pada prinsipnya pada kondisi horisontal, hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi, terutama ketika tidak bekerja dalam LAF.

Subkultur atau tahap penjarangan juga dilakukan dalam LAF, dan merupakan tahapan yang perlu dilakukan pada metode kultur jaringan. Ada beberapa alasan perlu dilakukannya subkultur, diantaranya yaitu nutrisi media yang semakin lama semakin berkurang, munculnya browning atau media agar menjadi kecoklatan karena jaringan tanaman kadang mengeluarkan senyawa toksik, atau eksplan membutuhkan tahap perkembangan lebih lanjut.

3. Ruang pertumbuhan atau Inkubasi (Growing area)

Growing area merupakan ruang pertumbuhan atau ruang penyimpanan hasil kultur pada kondisi cahaya dan temperatur yang terkontrol. Ruang pertumbuhan ini terdiri dari rak-rak yang biasanya terbuat dari kaca dan digunakan untuk meletakkan botol-botol kultur setelah proses penanamanan pada ruang isolasi di dalam LAF. Rak-rak yang digunakan untuk inkubasi dilengkapi dengan lampu neon di atasnya sebagai sumber cahaya. Sedangkan ruang pertumbuhan dalam kultur jaringan dilengkapi dengan Air conditioner (AC) untuk mengontrol suhu ruang.

Salah satu ruang yang harus dijaga kesterilannya adalah ruang transfer yang digunakan untuk inokulasi, isolasi dan subkultur. Ruangan ini biasanya tidak terlalu besar agar proses sterilisasinya tidak lama dan mudah. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan menyemprotkan alkohol 90%, dan sterilisasi lantai dengan kain pel yang dibasahi dengan alkohol 90% atau phenol. Sterilisasi ini mutlak dilakukan menjelang ruang inokulasi akan digunakan. Lampu ultraviolet dapat digunakan untuk sterilisasi ruang, dan biasanya selalu dinyalakan apabila ruang inokulasi tidak digunakan, serta dimatikan saat masuk dalam ruang ini (Edhi Sandra, 2013).


CARA KERJA

1. Di sapu bersih dinding dan lantai ruang inokulasi dan pemeliharaan  dengan sapu  yang telah disiapkan

2. Lantai dipel dengan larutan desinfektan  (Alkohol minimal 70% ,Larutan Phenol,Dll)

3. Dinding ruangan disemprot dengan dengan alkohol 70% atau cukup dengan menghidupkan lampu UV (Ultra Violet) bila ada selama satu jam sebelum ruang tersebut digunakan.

PEMBAHASAN

Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun ruangan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk nonvegetatif (spora).

Dalam pelaksaan praktikum sterilisasi ruangan, kami melakukan sterilisasi rungan laboratorium kultur jaringan yang meliputi;

a) Ruangan penyimpanan alat dan bahan

b) Ruangan penyimpanan media

c) Ruang inkubasi

d) Ruang transfer

Kami melakukan sterilisasi ruangan dengan cara berkala yaitu dengan menyapu, mengepel dan membersihkan ruangan dari kotoran dan debu setiap hari. Kemudian ruangan dan dinding-dinding ruangan dengan menggunakan larutan desinfektan kami menggunakan alcohol 90% untuk mematikan mikroorganisme yang ada dalam ruangan. Dan yang terakhir adalah sterilisasi dengan menyalakan lampu dengan sinar UV (Ultra Violet) selama saju jam dengan rungan tertutup dan tidak ada orang yang berada di dalam laboratorium karena radiasi sinar UV sangat berbahaya bagi manusia. Sinar UV digunakankan untuk membunuh kuman dan bakteri yang ada dalam ruangan laboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

Edhi Sandra .2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. IPB Press.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies Jr., and R.L. Geneve. 1997. Plant Propagation: Principle And Practices. Sixth Ed.

Pierik, R.M.L. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff Publishers. Dordrecht.The Netherlands

Post a Comment

أحدث أقدم