ANALISIS ENZIM PENCERNAAN
Umi Sa’adah, Melin Septiani, Siti Faza Malianimah, Fina Idamatus Silmi, Akhdan Najla Malik Al'abda, kel 1 Fisiologi Hewan, Kelas Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Abstrak
Pendahuluan
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida yang mempunyai fungsi sebagai katalisdalam suatu reaksi kimia. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang berarti setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa. Hal ini disebabkan adanya perbedaan struktur kimia tiap enzim (Campbel, 1995).
Pada hewan seperti aves atau ayam, ada perbedaan alur pencernaan dengan sistem pencernaan mamalia, pada aves atau ayam dimulai dari rongga mulut kemudian tembolok, ventikulus, proventikulus, usus halus, usus besar dan anus. Dan di dalam organ organ tersebut pastinya terjadi proses dan terdapat enzim untuk membantu proses pencernaan. Enzim-enzim tersebut antara lain seperti enzim amilaase yang ada di mulut berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan hidrolisis. Enzim pepsin berfungsi untuk mengubah protein menjadi pepton, enzim ptotease yang ada di dalam usus berfungsi memecah protein menjadi asam amino (Gordon, 1979).
Enzim-enzim yang tersebut dapat di uji keberadaannya dengan menggunakan uji biuret, uji benedict, dan uji lemak. Uji biuret adalah uji yang digunakan untuk mengetahui adanya enzim tripsin dan adanya protein di dalam suatu sampel, sedangkan uji benedict adalah uji untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Adanya hasil yang menunjukkan positif adalah ketika sudah dipanaskan maka larutan akan berubah menjadi hijau, kuning, orange dan merah bata atau coklat, sedangkan pada uji biuret akan berubah menjadi ungu (Winarno,1984)
(Melin Septiani,1708016001)
Untuk mempermudah mencerna makanan manusia maupun hewan memerlukan enzim penecernaan untuk memecah makromolekul kompleks menjadi sederhana. Diantaranya ada enzim amilase, sukrase, dan tripsin. Amilase ditemukan di organ mulut dan pankreas, berfungsi mengubah amilum menjadi maltosa dan glukosa. Sukrase di organ usus halus, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Dan tripsin terdapat di organ lambung,berfungsi memecah protein dasar pada asam amino. Pada unggas seperti ayam menyimpan makanan sementara di organ tembolok sebelum ditelan dan diserap oleh usus halus. Uji enzim amilase dilakukan dengan penambahan larutan amilum, benedict, dan pemanasan diatas bunsen (Yuwanta,2004).(Siti Faza Malianimah1708016010)
Metode
1. Bahan
Bahan yang digunakan seperti albumin, empedu ayam, minyak goreng, aquades, reagen benedict, larutan amilum, larutan sukrosa, ekstrak jejunum, ekstrak tembolok, CuSO4, NaOH.
2. Alat
Alat yang digunakan seperti tabung reaksi, gelas ukur, gelas beker, tripod, Bunsen, pipet tetes, rak tabung.
3. Cara kerja
a. Pembuktian enzim amylase
Disiapkan 3 tabung reaksi, tiap tabung diisi amilum 25 tetes, tabung A ditambahkan 10 tetes ekstrak jejunum, tabung B ditambahkan 10 tetes ekstrak tembolok, tabung C ditambahkan 10 tetes aquades, dihomogenkan selama 10 menit, ditambahkan 2 ml reagen benedict ke tiap tabung, dipanaskan selama 10 menit, diamati perubahannya.
b. Pembuktian enzim tripsin
Disiapkan 3 tabung reaksi, diisi 2 ml albumin, dipanaskan selama 10 menit, tabung A ditambahakn ekstrak jejunum 1 ml, tabung B ditambahkan ekstrak tembolok 1 ml, tabung C ditambahkan aquades 1 ml, dihomogenkan sebentar, didiamkan 10 menit, ditambahkan NaOH 2 ml ketiap tabung, ditambahkan CuSO4 2 tetes, diamati perubahannya.
c. Pembuktian enzim sukrase
Disiapkan 3 tabung reaksi, tiap tabung diisi sukrosa 25 tetes, tabung A ditambahkan 10 tetes ekstrak jejunum, tabung B ditambahkan 10 tetes ekstrak tembolok, tabung C ditambahkan 10 tetes aquades, dihomogenkan selama 10 menit, ditambahkan 2 ml reagen benedict ke tiap tabung, dipanaskan selama 10 menit, diamati perubahannya.
d. Pembuktian enzim tripsin
Disiapkan 3 tabung reaksi, diisi 2 ml albumin, dipanaskan selama 10 menit, tabung A ditambahakn ekstrak jejunum 1 ml, tabung B ditambahkan ekstrak tembolok 1 ml, tabung C ditambahkan aquades 1 ml, dihomogenkan sebentar, didiamkan 10 menit, ditambahkan NaOH 2 ml ketiap tabung, ditambahkan CuSO4 2 tetes, diamati perubahannya.
e. Daya emulsi empedu
Disiapkan 2 tabung reaksi, tabung A diisi 2 ml empedu, tabung B diisi 2 ml aquades, tiap tabung ditambahkan 2 ml minyak, dihomogenkan 5 menit, didiamkan 10 menit, diamati.
(Umi Sa’adah,1708016014)
Hasil dan pembahasan
Hasil Pengamatan
(Fina Idamatus Silmi, 1708016004)
Pembahasan
a. Uji daya emulsi empedu
Dalam empedu terdapat senyawa yang penting yaitu garam empedu, zat warna empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik.garam empedu inilah yang dapat merendahkan tegangan permukaan dan memperbesar daya pengemulsi lemak.dengan demikian akan memudahkan kerja lipase.empedu itu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium, pigmen, dan unsure lemak yang disebut kolesterol.(Poedjiadi,2009)
Dari hasil pengamatan empedu setelah ditambahkan minyak terdapat dua lapisan yaitu hijau kehitaman bagian bawah dan kuning kehijauan bagian atas, sedangkan aquades setelah ditambahkan minyak terdapat dua lapisan juga yaitu kuning keruh diatas dan bening dibawah.hal ini dikarenakan berat jenis minyak itu lebih ringan dibandingkan aquades dan empedu.empedu itu mempunyai garam-garam empedu sehingga dapat membantu mengemulsikan butir-butir lemak sehingga mudah dicerna serta membentuk misel dengan asam lemak dan monosakarida hasil pencernaan sehingga mudah larut.sebenarnya empedu itu mengandung lebih 90% air sehingga keberadaan empedu itu dibawah karena dipengaruhi oleh berat jenis.(Podjiadi,2009)
(Umi Sa’adah,1708016014)
b. Uji enzim tripsin
Uji enzim tripsin ini dilakukan dengan bantuan larutan albumin, larutan NaOH dan larutan CuSO4, uji ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya enzim tripsin atau protein pada tembolok dan jejenum. Sebelum di uji, larutan albumin di masukkan terlebih dulu pada tabung reaksi dan dilakukan pemanasan, pemanasan ini berfungsi untuk mempercepat proses hidrolisis, karena semakin tinggi suhu maka akan semakin cepat kerja enzim, selain penambahan dengan ekstrak tembolok dan jejejnum, dilakukan juga penambahan aquades yang berfungsi sebagai control. Setelah albumin dicampurkan dengan ekstrak tembolok dan NaOH yang kemudian ditambahkan reagen biuret yaitu CuSO4 terjadi perubahan warna dari putih susu menjadi warna ungu, sama halnya dengan penambahan ekstrak jejenum juga mengalami perubahan warna menjadi ungu juga namun warna ungu yang dihasilkan lebih pekat dari ekstrak tembolok, hal itu sesuai dengan pernyataan bahwa ketika sebuah sampel mengandung protein (polipeptida) ketika bereaksi dengan CuSO4 akan berwarna ungu, dan semakin ungu maka semakin banyak ikatan rantai peptidanya. Ungu tersebut adalah senyawa basa NH4OH ( pudjiadi, 2007).
Berubahnya warna ungu tersebut menunjukan bahwa di dalam jejenum dan tembolok mengandung protein dan juga enzim tripsin, karena memang di dalam usus halus terdapat enzim tripsin yang berfungsi mengubah protein menjadi asam amino. Selain enzim tripsin ada juga enzim lipase dan sukrase. Di dalam usus halus juga terjadi proses penyerapan protein dan karbohidrat jadi berubahnya warna menjadi ungu sesuai (Smith, 2010). Kemudian pada tembolok juga berubah warna menjadi ungu, karena di tembolok adalah tempat makanan sementara bagi aves dan di dalam tembolok terjadi proses mekanik tetapi sangat kecil, dan mungkin di dalam makanan tersebut terdapat protein (Anggorodi, 1994).
(Melin Septiani,1708016001)
c. Uji Enzim Amilase
Berdasarkan hasil pengamatan uji enzim amilase penambahan larutan benedict bertujuan untuk mereduksi gula yang ada pada enzim amilase, sedangkan penambahan larutan amilum digunakan sebagai indikator bahwa enzim amilase berfungsi memecah amilum menjadi glukosa dan maltosa, untuk pemanasan dengan bunsen bertujuan untuk mempercepat reaksi yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning, orange hingga merah bata maupun cokelat (Winarno,1984). Terdapat sedikit enzim amilase pada organ tembolok dibuktikan bahwa saat ditambahakan amilum dan benedict warna awal bening keruh setelah dipanaskan terjadi reaksi reduksi oleh benedict warna berubah menjadi biru dengan endapan hitam. Dikarenakan di tembolok terjadi penyimpanan makanan sementara dan hanya membawa enzim amilase dalam bentuk serat yang dihasilkan mulut. Pada organ jejenum terdapat banyak enzim amilase terbukti bahwa saat ditambahkan amilum dan benedict warna awal larutan kuning atas dan bening dibawah setelah dipanaskan terjadi eaksi reduksi berubah menjadi hijau tua diatas biru di tengah dan keruh terdapat endapan. Hal ini sesuai dengan fungsi jejenum dalam usus halus menyerap makanan dengan bantuan enzim amilase untuk dipecah menjadi molekul glukosa sederhana agar dapat mudah diserap kembali oleh usus besar untuk dikeluarkan dalam bentuk feses melalui kloaka. Pada kontrol dengan larutan akuades setelah ditambahakan benedict dan amilum warna awal bening setelah dipanaskan warna berubah menjadi biru tidak ada endapan artinya uji negatif bahwa pemecahan amilum menjadi glukosa dalam enzim amilase tidak dapat bekerja secara sempurna jika dilarutkan dalam air karena air tidak dapat mereduksi gula dan tidak dapat mempercepat reaksi enzim(Yuwanta,2004).(Siti Faza Malianimah,1708016010)
Simpulan
Daftar pustaka
Winarno, F.G. 1984. Biokimia. Jakarta: UI Press.
Pudjiadi, Anna, Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Campbell, Neil A. 1995. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Smith, Margareth E. 2010. The Digesty System: systems of the body series. Lomdon: Elsevier.
إرسال تعليق