Budidaya dan Manfaat Jamur Tiram Pada Tubuh

BUDIDAYA JAMUR TIRAM

Oleh: Akhdan Najla Malik A

 



 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya jamur tiram khususnya jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus) memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan untuk pengganti bahan  makanan hewani karena kandungan gizinya yang tidak kalah tinggi. Selain itu dari segi harga juga sangat menguntungkan karena satu kilo jamur tiram dibandrol harga sepuluh ribu rupiah bahkan bissa lebih tergantung letak daerah dan minat pasar. Permintaan lokal maupun luar juga cukup tinggi dan terbuka lebar. Masa panen yang relatif singkat yaitu sekitar 1-3 bulan, serta bahan baku yang mudah didapatkan seperti bekatul, kapur, grajen dan lain-lain yang terhitung ekonomis dapat menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan (ummu, dll. 2011)

Dalam berwirausaha kita dituntut untuk selalu tekun dan ulet serta berjiwa pantang menyerah disaat mendapatkan kegagalan. Djarijah (2001) menuturkan beberapa penyebab kegagalan yang sering dialami pembudidaya dalam berbudidaya jamur tiram diantaranya proses pemilihan bibit yang kuang baik, pembuatan baglok yang tidak steril, proses sterilisasi yang kurang sempurna, penanaman bibit jamur yang tidak aseptis, rumah tempat budidaya yang tidak bersih. Hal ini menjadi penyebab tumbuhny ajamur kontaminan yang dapat mengkontaminasi baglok, sehingga jamur tiram yang diharapkan tumbuh justru tidak tumbuh. Selain itu juga cara pemanenan yang kurang tepat dapat mengakibatkan baglok menghitam akibat mikroorganisme yang tumbuh (Arif dan ika, 2017).

Sebelum memulai usaha membudidayakan jamur tiram sebaiknya kita juga mengetahui bagaimana morfologi, karakteristik dan habitat dari jamur tiram terlebih dahulu sebelum melakukan budidaya agar usaha yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien sehingga dapat mengurangi angka kegagalan dan kerugian dalam budidaya jamur tiram.

 

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi Tiram.

2. Mahasiswa dapat mengetahui karaktristik jamur tiram

3. Mahasiswa dapat mengetahui habitat dan ekologi jamur tiram.

4. Mahasiswa dapat mengetahui cara budidaya jamur tiram.

5. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan gizi yang terkandung dalam jamur tiram.

 

 

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana morfologi jamur tiram?

2. Bagaimana karakteristik jamur tiram?

3. Dimana habitat ekologi jamur tiram?

4. Bagaimana cara budidaya jamur tiram?

5. Apa saja kandungan gizi yang terkandung dalam jamur tiram?

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae dari klasis Basidiomycetes. Klasifikasi jamur tiram adalah sebagai berikut:

Divisio : Amastigomycota

Sub-Divisio : Basidiomycotina

Klasis : Basidiomycetes

Ordo : Agaricales

Familia : Agaricaceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus (Djarijah,2001).

Permukaan jamur tiram licin dan agak berminyak ketika lembab sedangkan bagian tepinya mulus agak bergelombang. Daging jamur cukup tebal, kokoh tapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai. Jika sudah terlalu tua daging buah menjadi alot dan keras. Miselium berwarna putih dan bisa tumbuh dengan cepat Gunawan A.W, (2001).

Jamur tiram putih hidup secara sapropit pada kayu yang sudah lapuk. Jamur tiram putih dapat ditumbuhkan pada serbuk gergaji dan jerami, atau pada bahan lain yang mengandung selulosa dengan nilai C/N > 50 (Wahyudi, 2002 ; Ambarwati, 1991; Zadrazil ; 1978 dalam Nurul dan siti, 2014).

 Beberapa jenis jamur tiram yang sering dibudidayakan petani, antara lain : 1. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), warna tubuh buah putih. 2. Jamur tiram coklat (P. abalonus), warna tubuh buah kecoklatan. 3. Jamur tiram kuning (Pleurotus sp), warna tubuh buah kuning dan sangat jarang ditemukan.

 

Jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungan atau kawasan yang memiliki ketinggian antara 600 m-800 m diatas permukaan laut. Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran (penetrasi) sinar matahari secara langsung dengan sirkulasi udara lancar dan angin sepoi-sepoi basah dengan kelembaban 60% - 80%. (Djarijah dan Abbas, 2001).

Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan jenis jamur kayu lainnya. Dalam 100 gram jamur tiram kering mengandung protein (10,5-30,4%), lemak (1,7-2,2%), karbohidrat (56,6%), thiamin (0,20 mg), dan riboflavin (4,7-4,9 mg) niasin (77,2 mg) dan kalsium (314,0 mg). Kandungan nutrisi jamur tiram lebih tinggi dibanding dengan jamur lainnya. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol (Djarijah dan Abbas, 2001).

Jamur tiram merupakan sumber protein nabati yang rendah kolesterol sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi mereka yang rentan terhadap serangan jantung.

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat pada umumnya. Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding dengan jenis jamur kayu yang lain. Jamur ini mengandung protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dari yang lain (Jamilah nasution, 2016)

Dalam budidaya jamur pasti memerlukan kubung untuk menyimpan baglog. Kubung sendiri adalah bangunan atau tempat penyimpanan baglog sebagai media tumbuhnya jamur. Baglog terbuat dari plastik dengan ukuran diameter 18 cm, panjang 35 cm, dan tebal 0,4 cm. Pembuatan media tanam menggunakan bahan berupa gerajen, kapur, air, katul dan air. Setiap pembuatan media tanam diperlukan 100 Kg gerajen, Kapur (CaCO3) 2-3%, Katul 10-15%, dan air 60%. Semua bahan tersebut dicampur dan diaduk hingga apabila dikepal hanya mengeluarkan satu tetes air dan bila dibuka gumpalan serbuk kayu tidak serta merca pecah. Setelah semua bahan tercampurkan, langkah selanjutnya adalah mengisi media atau campuran bahan kedalam baglog lalu dipasang cincin yang juga terbuat dari plastik. Kemudian dilakukan sterilisasi selama 6-8 jam. Setelah sterilisasi lalu lanjut ke tahap pendinginan selama 12-24 jam setelah itu diinokulasikan bibit secara steril dan diinkubasi yang dilakukan didalam ruangan dengan suhu 25-33oC. Setelah baglog telah putih penuh ditumbuhi miselium, lalu baglog dipindahkan ke kumbung budidaya.

Pada tahap inkubasi setelah penanaman spora jamur baglog ditutup dengan cincin yang ditutup oleh kertas koran pada ujungnya, setelah spora yang ditanam di media baglog telah muncul misellium kemudian kertas koran sedikit dilubangi agar jamur dapat tumbuh, ditunggu selama 2-3 minggu sebelum jamur tiram siap dipanen.

Cara pemanenan Jamur tiram dengan cara dicabut sampai akar dan tidak boleh dipotong karena sisa pemotongan akan meninggalkan bagian akar pada media yang kemudian jika akar telah membusuk akan menyebabkan kontaminasi pada media baglog sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk budidaya.

 

  

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

 Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae dari klasis Basidiomycetes. Jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang tersebar di dataran rendah sampai lereng pegunungan atau kawasan yang memiliki ketinggian antara 600 m-800 m diatas permukaan laut. Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran (penetrasi) sinar matahari secara langsung dengan sirkulasi udara lancar dan angin sepoi-sepoi basah dengan kelembaban 60% - 80%. Dalam 100 gram jamur tiram kering mengandung protein (10,5-30,4%), lemak (1,7-2,2%), karbohidrat (56,6%), thiamin (0,20 mg), dan riboflavin (4,7-4,9 mg) niasin (77,2 mg) dan kalsium (314,0 mg). Tahapan budidaya jamur tiram putih yaitu pembuatan kumbung,  pembuatan baglog, pembuatan media, pencampuran, pengisian media ke baglog, sterilisasi, pendinginan, inokulasi, inkubasi dan pemanenan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ummu, Siti Dan Catur. 2011. Efektivitas Pemberian Air Leri Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jamur Tiram Putih. AGROVIGOR. VOLUME 4 NO 2

Arif Mulyanto, Ika Oksi Susilawat. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budidaya Jamur Tiram Putih Dan Upaya Perbaikannya Di Desa Kaliori Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Bioscientiae. Volume 14, Nomor 1, Januari 2017, Halaman 9-15.

Djarijah. Nunung Marlina dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Jamur Tiram. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Jamilah Nasution.2016. Kandungan Karbohidrat Dan Protein Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Media Tanam Serbuk Kayu Kemiri (Aleurites Moluccana) Dan Serbuk Kayu Campuran. Jurnal Eksakta. Volume 1

Gunawan, A.W. 2001. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

 

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama